Sunday 23 October 2011

Kamis, 26 November 2009 - 9 Dzulhijjah 1429 H

Lantunan Adzan Subuh mulai berkumandang, kami mulai terjaga. Kami teringat, hari ini adalah hari yang dijanjikan. Hari yang kami nanti-nantikan sepanjang hidup kami. Arafah, Hari Arafah kami menyebutnya.

Dengan tetap mengenakan 2 kain tak berjahit segera kami bersiap untuk menundukkan hati dan mensujudkan diri. Subuh, meski kami dalam keadaan safar, subuh ini tetap kami awali dengan sholat fajr sesuai tuntunan Rasul. Ya Rabb, aku datang membawa setumpuk dosa dan setumpuk harap, sesaat lagi saat engkau buka langit dunia, saat engkau berada di langit terendah, ijinkan aku meluapkan semuanya, memohon ampunan seluas-luasnya, meminta keberkahan sebanyak-banyaknya.

Segera kami persiapkan alas tidur dan beberapa makanan serta minuman. Kami tidak ingin saat yang sudah kami nanti-nantikan ini terganggu hanya karena urusan perut maupun urusan tenggorokan.

Bis yang akan membawa kami ke satu-satunya tempat yang hanya ramai setahun sekali, tempat dimana wahyu terakhir diturunkan, tempat yang menjadi saksi atas kesempurnaan Islam telah menanti. Tak sabar hati ini untuk segera menemuiNYA.

Mina - Arafah tidak terlampau jauh, seandainya ditempuh dengan berjalan kaki, jika dimulai ba'da subuh, insyaAllah sebelum Dzuhur sudah tiba. Jalan-jalan telah dipersiapkan sesuai jalurnya masing-masing. Ada jalur pejalan kaki, ada jalur kendaraan. Jalur kendaraan pun sudah dipisah-pisah sesuai dengan kawasan. Alhamdulillah perjalanan Mina - Arafah lancar. Labaik Allahumma Labbaik

Tanah lapang dengan banyak pepohonan yang dikenal dengan pohon Soekarno ini telah nampak ramai. Terutama dikawasan jammah Indonesia. Maklum, jemaah Indonesia telah berada di Arafah sejak semalam.

Segera kami persiapkan diri. Sarapan telah disediakan. Segera kami isi perut untuk persiapan hingga waktu wukuf selesai. Kami tidak ingin selama waktu emas wukuf kami terganggu. Selepas menunaikan hak perut, segera mengistirahatkan mata ini supaya tetap segar. Kamipun tidur sejenak hingga menjelang adzan dzuhur. Menjelang dzuhur, persiapan terakhir adalah membersihkan diri dan mengosongkan isi perut supaya tidak ada gangguan disaat-saat wukuf.

Saturday 1 October 2011

Rabu, 25 November 2009 -- 8 Dzuhijjah 1430 H

Menjelang Subuh, kami bersiap menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan sholat shubuh. Bis khusus jemaah sudah ditiadakan. Semua telah dialokasikan untuk prosesi armina. Jemaah juga sudah dihimbau untuk tidak lagi ke Masjidil Haram mengingat harus bersiap-siap menuju Arafah.

Sebagian jemaah calon haji Indonesia mungkin tidak menjalankan sholat subuh di Masjidil Haram, tapi jemaah dari negara lain justru tumpah ruah di Masjidil Haram. Masjidil haram menjadi starting point bagi jemaah yang akan menjalankan tarwiyah di Mina. Biasanya Ba'da shubuh mereka akan berjalan kaki menuju Mina.

Dan benar, setelah susah mencari kendaraan, akhirnya kami tiba di Masjidil Haram. Kondisi sangat ramai. Kami sengaja mengambil tempat di pelataran luar supaya mudah ketika harus segera keluar areal masjid menuju Misfalah, tempat kami berkumpul untuk menuju Mina. Di Masjidil Haram juga kami lihat banyak jemaah sudah bersiap dengan segala perbekalannya untuk melaksanakan tarwiyah.

Ba'da subuh sekitar jam 5 pagi dengan langkah cepat segera menuju misfalah yang lokasinya kira-kira 2 km dari Masjidil Haram. Dikarenakan kami melawan arus jemaah yang lebih banyak menuju arah Mina, kami tidak terlalu terhambat.

Saya harus buru-baru karena saya belum mengenakan ihrom, saya masih harus mengganti pakaian saya dengan dua lembar kain tanpa jahitan sebelum tiba di Mina.

Sebelum kami memasuki bis yang telah disiapkan, kami harus mengganti gelang nomor maktab untuk memudahkan identifikasi karena kami benar-benar memisahkan diri dari rombongan resmi kami. Dan kami harus bertanggungjawab penuh atas diri kami sendiri.

Ternyata rombongan utama kami telah bergerak sebelum subuh, kami bergabung dengan rombongan lain.

Perjalanan ramai lancar. Jalan agak memutar karena jalur terpendek di sterilisasi dari kendaraan dan dikhususkan bagi pejalan kaki.

Sampai di Mina, kondisi Mina masih bersih dan sepi karena kami sebagian besar jemaah masih di Makkah dan langsung menuju Arafah. Jemaah Indonesia yang biasanya nampak mendominasi, tidak begitu terlihat di Mina pada saat itu. Kebanyakan jemaah calon haji saat itu bukan dari Indonesia. Tidak nampak antrean kamar mandi maupun antrean air minum. Mina sangat lengang.

Kami langsung sarapan dan istirahat. Diluar jam sholat kami memang direkomendasikan untuk beristirahat guna mempersiapkan puncak haji besok. Menjelang siang hari, turun hujan lebat. Belakangan kami ketahui ternyata hujan mengguyur sebagian besar Makkah termasuk Mina dan Arafah.

Tenda di Mina memang dirancang sebagai tenda permanen. Konstruksi tahan api dan kuat serta telah dilengkapi dengan penyejuk udara. Sistem drainase juga sudah sangat baik. Banjir memang, tapi tidak sampai masuk kedalam tenda jamaah. Tenda sudah ditinggikan 1 meteran lebih dari jalan.

hujan mengguyur mina

Namun tidak halnya dengan tenda di Arafah. Informasi yang kami dapatkan saat itu, tenda di Arafah banyak yang roboh. Maklum, hujan turun dengan sangat deras. Malah pemerintah KSA sempat menutup Arafah untuk proses pemasangan kembali tenda sebelum dihuni oleh jemaah haji Indonesia. Kondisi kurang layak sempat dialami jemaah Indonesia yang memang bermalam di Arafah sebab kondisi tenda belum kering benar dan karpet-pun masih basah oleh hujan.

Alhamdulillah kami yang berada di Mina dalam kondisi baik. Ibadah Dzuhur dan Ashar kami laksanakan didalam tenda ditengah guyuran hujan lebat. Alhamdulillah pula, segala akomodasi dan konsumsi kami tercukupi.

nyaman meski diluar hujan deras

Malam harinya kami diminta segera tidur selepas Isya', kami harus benar-benar fit ketika menjalankan puncak haji besok.

Saran saya, untuk persiapan yang dibawa selama tarwiyah dan armina adalah sbb :
- baju ihrom satu pasang kenakan ketika berangkat
- siapkan satu pasang baju ihrom cadangan. Ingat selama tarwiyah hingga wukuf sampai thawaf dan sa'i (8,9,10 dzulhijjah) tetap mengenakan ihrom. Jadi tetap harus siap ihrom cadangan
- pakaian ganti selama tasyrik gunakan baju sesuai dengan musimnya. siapkan baju multifungsi untuk lempar jamarat dan kegiatan outdoor lainnya. Kalau saya hanya bawa :
- kaos lengan panjang ala pramuka 1 buah untuk lempar jamarat plus baju pulang ke Makkah
- kaos doraemon lengan panjang 1 buah untuk tidur
- celana panjang 1 buah buat tidur
- training 1 buah buat kegiatan di luar tenda + jamarat
- pakaian khusus sholat
- pakaian dalam
- Khusus hari tarwiyah, karena kita tidak disupport makanan oleh pemerintah, siapkan makanan yang siap santap seperti buah, jus buah, roti, biskuit, dsb
- Siapkan juga makanan siap santap untuk menjaga kekhusyukan selama hari arafah.

mahalkah berhaji ala Rasul ?

Agak kurang pas menyebutkan "berhaji ala Rasul" seolah ada metode lain dari manasik haji. Tapi untuk sekedar menggambarkan manasik haji yang sesuai dengan petujuk Rasul, saya akan tetap menyebut manasik haji ini sebagai haji Rasul.

Untuk KBIH yang menjalankan haji Rasul, pastinya akan memungut bayaran yang lebih kepada jamaah untuk dapat melaksanakan manasik haji sesuai tuntunan Rasul. Mengapa ? karena KBIH akan menyelenggarakan sendiri transportasi selama armina beserta akomodasi selama rombongan terpisah dari rombongan utama kementrian agama.

Contohnya ketika akan menuju Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah, otomatis KBIH harus menyelenggarakan transportasi sendiri plus biaya makan selama hari tarwiyah. Sebab pemerintah hanya menanggung transportasi Makkah Arafah pada malam 9 Dzulhijjah. Begitu pula transportasi Mina-Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, mau nggak mau KBIH harus mandiri menyiapkan transportasinya.

Mahal ? memang, karena double cost. Tapi tak akan ada seujung kuku jika dibandingkan dengan kenikmatan yang didapatkan.

Oia, jika anda haji mandiri namun melaksanakan tarwiyah ala backpacker, silakan kunjungi situs ini untuk referensi.

city tour makkah

Mungkin sudah menjadi kebiasaan di Indonesia bahwa ketika singgah di suatu tempat rasanya tak afdhol jika belum jalan-jalan. Begitu juga ketika haji. Waktu yang cukup panjang selama di tanah suci dan kegiatan yang dapat dikatakan lenggang membuat mayoritas jemaah calon haji (JCH) maupun jemaah haji menyempatkan diri untuk berkeliling kota Makkah. Jalan-jalan lebih dimaksudkan untuk lebih mengenal jejak perjuangan Rasul Muhammad SAW dan bagi JHC kesempatan jalan-jalan ini bisa digunakan untuk berkenalan dengan beberapa tempat yang nantinya akan dikunjungi selama pelaksanaan haji.

Citi tour ini biasanya menjadi 'proyek' para mukimin (warga Indonesia yang tinggal di Makkah). Dan nampaknya sudah terorganisir dengan baik dengan bekerja sama dengan kementrian agama. Dan sepertinya sudah ada koordinasi yang baik jadinya gak ada mukimin yang rebutan menggarap proyek ini.

Soal biaya ? kayanya bukan gratisan deh, kalau yang sudah bergabung dengan KBIH biasanya sudah termasuk dalam biaya yang disetorkan jamaah kepada KBIH tapi kalau yang haji mandiri ya harus saweran atau kalau ngga mau saweran ya terpaksa tidak ikut dalam citi tour ini.

Tempat-tempat yang dikunjungi antara lain :

Gua Tsur. Gua ini merupakan tempat persembunyian Rasul SAW dan Abu Bakar RA ketika hijrah dari Makkah ke Madinah. Lokasi gua yang berada di selatan Makkah sementara Madinah berada di utara Makkah cukup membuat kafir quraish saat itu terkecoh.

Pasar Hewan. Mengapa ke pasar hewan ? ya apalagi kalau bukan untuk melakukan penyembelihan hadyu sebelum waktunya. Silakan baca disini untuk info lebih lengkap.

Suasana pasar dan tempat penyembelihan hewan

Jabal Nur. Gua ini merupakan tempat turunnya wahyu yang pertama surat Al Alaq 1-5. Lokasi gua berada di puncak bukit. Perlu usaha ekstra untuk naik hingga puncak. Dan rasanya kalau citi tournya dilakukan pagi dan Jabal nur merupakan tempat pertama, rasanya masih cukup waktu untuk naik tanpa harus ketinggalan sholat dzuhur di Masjid Al Haram.

dibelakang saya adalah jabal nur, dan gua hiro' berada dipuncak

Armina. Arafah, Muzdalifah, Mina. Di padang arafah biasanya jemaah diturunkan di Jabal Rahmah. Tempat bertemunya Adam dan Hawa (konon katanya). Merupakan tempat mustajab untuk berdoa (dengan riwayat yang lemah). Dan sepertinya ada kebiasaaan aneh (kayanya dari Indonesia yang mulai) yaitu menuliskan nama pasangan di tugu jabal dengan harapan semoga hubungan langgeng. Di Muzdalifah dan Mina jemaah akan dikenalkan dengan tempat dimana nantinya salah satu rukun haji dilaksanakan.

tugu di jabal rahmah, pelajari ilmunya sebelum melakukan sesuatu di tempat ini
Saran saya mengenai city tour ini :
- Pahami dengan baik hakekat hadyu, dam, dan qurban sehingga tidak salah dalam beribadah
- Alokasikan tenaga dengan bijak, jangan sampai ibadah utama kita terganggu
- Jika waktu city tour ini mengganggu jadwal ibadah di Masjid al Haram, silakan tetapkan skala prioritas. Jika sudah terlanjur membayar kepada KBIH, pertimbangkan beberapa real vs 100ribu kali kebaikan sholat di depan Ka'bah

saya kembali

Situs ini sudah lama tidak saya kunjungi, rawat, dan juga sudah sangat lama tidak saya publikasikan. Semoga catatan-catatan saya ini tetap akan memberikan manfaat meski mungkin perlu penyesuaian terutama setelah proses perluasan Masjidil Haram.

Sunday 31 October 2010

Ketika Pertolongan Alloh itu Begitu Dekat

Saya adalah salah satu jemaah haji mandiri yang berangkat bukan dari lokasi domisili saya. Saya tinggal di Jakarta dan berangkat dari Bondowoso melalui embarkasi Juanda, Surabaya. Prkatis saya tidak mernah mendapatkan materi manasik haji secara khusus baik dari yayasan (secara saya ngga ikut yayasan / KBIH) maupun dari Departemen Agama karena ngga mungkin saya pulang kampung hanya untuk mengikuti manasik haji (pertimbangan financial tentunya :D)

Alhasil saya belajar manasik dari buku, blog, artikel di berbagai situs internet serta dari pengalaman haji beberapa sahabat dan keluarga. Kesempatan silaturahim Idul Fitri merupakan mementum yang pas untuk banyak belajar dari pengalaman orang lain.


Berbeda dengan kakak saya yang bisa mengikiuti manasik haji regular yang diadakan oleh Departemen Agama Kabupaten maupun yang diadakan swadaya oleh ikatan alumni haji. Untuk menjembatani hal ini yang kami lakukan adalah berusaha saling membagi segala ilmu dan informasi seputar tata pelaksanaan haji baik dengan tujuan menghindarkan pertentangan perbedaan tata pelaksanaan ketika pelaksanaan haji di tanah suci kelak.


Pada mulanya semua berjalan mulus, tidak ada perbedaan yang berarti dari manasik haji yang saya dapatkan dan kakak saya dapatkan. Semua masih bisa seiring sejalan, kalaupun ada perbedaan bukanlah hal yang mayor dan masih dapat ditolerir. Hingga sampai pada bab tanazul (tarwiyah / menetap di Mina pada tanggal 8 Djulhijjah), mabit di muzdalifah, waktu pelontaran jamarat, dan pengambilan nafar awal.tsani.


Dari banyak literatur yang saya baca dan kaji, dalam melaksanakan haji, Rasul yang hanya berhaji sekali seumur hidupnya, beliau menetap di Mina pada tanggal 8 dzulhijjah sebelum bertolak ke arafah pada tanggal 9 dzulhijjah. Masalah terjadi ketika ternyata pemerintah Indonesia tidak memfasilitasi hal ini, Semua jemaah Indonesia yang dikoordinir Departemen Agama langsung dibawa di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah dan bermalam di sana. Hal ini lah yang disosialisasikan pada waktu manasik haji oleh Departemen Agama. Dan hal ini pula lah yang dipegang teguh oleh kakak saya.


Mabit di muzdalifah, yang ditanamkan oleh Departemen Agama adalah sah bermalam di Muzdalifah walau hanya lewat tengah malam (tidak sampai subuh). Sedangkan yang saya pahami adalah selepas shubuh hingga syuru' Rasul melakukan wukuf lagi di Muzdalifah jadi menurut hemat saya, sayang jika waktu mustajab ini dilewatkan begitu saja.


Waktu lontar jamarat baik di jumrah aqobah maupun 3 jamarat di hari tasyrik serta pengambilan waktu nafar awal/tsani juga tak pelak menimbulkan pertentangan. Yang saya inginkan adalah maksimal dalam beribadah, ambil waktu terbaik sesuai yang Rasul contohkan karena dari beliaulah tata peribadatan dicontohkan.


Hanya ada satu jalan untuk dapat melaksanakan tata manasik sesuai apa yang saya pelajari diatas, yaitu "keluar dari rombongan". Tentu saja argumen-argumen saya tentang pentingnya berhaji sesuai dengan apa yang Rasul contohkan dapat dengan mudah dipatahkan dengan berbagai alasan, misalnya : kemungkinan tersesat, resiko kecelakaan yang tinggi (ingat tragedi mina yang memakan banyak korban), hingga pada argumen 'jangan takabur dengan ingin sempurna dalam berhaji, ikuti saja aturan pemerintah'


Hingga suatu ketika, siang hari diwaktu kajian dzuhur di Mushala At Tarbiyah KPPTI Lt. 23 secara pas Alloh menetapkan kajian dzuhur diisi oleh Ust. Ade Purnama dengan tema menggapai haji mabrur. Secara pas pula beliau menggambarkan bagaimana tata cara pelaksanaan haji yang Rasul contohkan dan semua sama persis seperti yang saya pelajari dan saya idam-idamkan. Tangan bersambut, Ust. Ade Purmana adalah pembimbing haji dan juga akan berangkat membimbing haji tahun tersebut. Saya utarakan masalah saya dan dengan tersenyum beliau hanya menjawab "gabung saja dengan rombongan saya, ini nomor ponsel saya" ... Alhamdulillah ... dan tak lupa saya juga meminta nomor kloter dan lokasi pemondokan khawatir nomor ponsel beliau tidak berhasil saya hubungi.


Saya sampaikan berita ini kepada kakak saya, namun tidak semudah itu meyakinkan kakak saya sebab meninggalkan rombongan utama bukan pilihan mudah bagi kakak saya karena sudah begitu banyak rencana yang akan dilaksanakan rombongan dan kakak saya. Perdebatan sengit hingga sampai klimaks pada kesepakatan saya tetap pada rencana saya dengan semata-mata mengikuti sunnah Rasul dan kakak saya tetap pula pada rencananya.


Saya sedih, tapi berusaha mengembalikan semuanya pada Alloh. Dan sms dari Ust Ade dari nomor berawalan +966 (kode negara KSA) sedikit menghibur saya, "ini Ust Ade dari arab, ini nomor saya selama di saudi".


Hingga suatu siang, sepulang dari sholat jum'at, di Mahbas Jin (terminal transit bus khusus jamaah) ada seorang jemaah haji bertanya pada rekan satu regu saya (mas Agus), "nggak ingin tanazul mas ? saya lagi cari temen, rombongan saya nggak ada yang bertanazul" rekan saya menjawab "iya, sebenarnya saya ada kenalan salah satu KBIH Maqdis Bandung, tapi rombongan mereka belum tiba" pembicaraan berlanjut dan diakhiri dengan saling tukar nomor ponsel dan "hubungi saya ya kalau sudah ada kabar"


Terus terang saya hanya terdiam saat pembicaraan diatas, saya belum berani mengutarakan rencana saya untuk juga bertanazul dikarenakan saya sendiri belum berhasil menemui Ust. Ade Purnama. Malam harinya, saya segera menghubungi Ust. Ade dan janjian untuk bertemu. Sejak tiba di Makkah saya lebih disibukkan dengan penyesuaian awal hingga belum sempat berhubungan dengan beliau. Dan saya pun tersenyum dengan balasan sms dari beliau bertuliskan "ana mengisi kajian ba'da shubuh di lt.3 haram depan hilton, ketemuan disana saja"


Keesokan harinya, dengan modal nekat, ba'da shubuh bersama kakak saya mengitari sebegitu luasnya pelataran lt. 3 Masjid Al Haram, dan alhasil bertemulah kami dengan Ust. Ade. Alhamdulillah...dan saya sampaikan lagi keinginan saya bergabung dan harapan saya untuk dapat mengajak jamaah lain. Gayung bersambut, semua lancar dan yang paling saya gembirakan adalah kakak saya begitu mudah berubah pikiran dan menyatakan mau berpisah dari rombongan utama selama pelaksanaan haji.


Kegembiraan tak hanya sampai disitu, setelah pertemuan dengan Ust. Ade, segera saya sampaikan pada Mas Agus dan beliau lebih memilih bergabung dengan saya dikarenakan belum berhasil menghubungi KBIH Maqdis Bandung dan Mas Agus pun langsung menghubungi jemaah yang ingin bertanazul sesuai pembicaraan di Mahbas Jin tempo lalu.


Subhanalloh, Allohlah yang Mahasempurna mengatur segalanya, ternyata jemaah yang ingin bertanazul tadi adalah suami teman kakak saya dan juga satu kloter dengan saya dan mas Agus. Mengetahui hal ini semakin mantaplah niat kakak saya berhaji sesuai sunnah. "jadi ada temennya" ungkap kakak saya ....


Dan segala persiapan-pun dijalankan, dan sejak saat itu, kami memiliki dua rombongan ... indahnya persaudaraan.


Subhanalloh, Alloh Mahadekat pertolonganNYA, ketika segalanya dipasrahkan, maka segalanya akan begitu mudah dan indah dijalani ...

Foto Rombongan "dadakan" Al Qudwah Haji dan Umrah 2009

Saturday 30 October 2010

Menanti Jamuan Alloh

Bagi jemaah haji gelombang 1 maupun gelombang 2, tentunya akan ada masanya menunggu beberapa saat di makkah sebelum menjalankan puncak ibadah haji yaitu wukuf di arafah.

Pengalaman saya yang menjadi jemaah haji gelombang 2 akhir yang tiba di Makkah seminggu sebelum wukuf , waktu menunggu di Makkah sebelum puncak haji tergolong singkat. Sisi positifnya, kondisi tubuh masih relatif fit karena baru datang dan belum ada aktifitas yang berarti, namun sisi negatifnya adalah belum memahami benar kondisi Makkah.

Karena kedatangan kami ke Makkah satu minggu sebelum puncak haji, praktis kondisi Makkah sudah sangat ramai dengan jemaah haji dari semua penjuru dunia. Kondisi Masjid Al Haram juga sudah dapat dikatakan ramai dan bertambah ramai setiap harinya.

Dari pengalaman beberapa sahabat dan keluarga yang telah berhaji, seminggu menjelang wukuf , untuk menjaga stamina sebaiknya tidak perlu memaksakan diri untuk selalu melaksanakan sholat wajib di Masjid Al Haram. Terutama untuk yang lokasi pemondokannya jauh. Saya sendiri setelah wukuf hanya diwaktu subuh saja ke Masjid Al Haram. Sebab hanya diwaktu shubuh saja kondisi bis jemputan yang sedikit lenggang.

Shubuh memang waktu yang pas sebab range waktu keberangkatan jemaah dari pondokan ke masjid cukup lama, yaitu dari sekitar jam 2 hingga jam 4 pagi. Sehingga relatif lengang. Untuk kembali ke pemondokan juga relatif panjang waktunya. Dari ba'da shubuh hingga sekitar jam 8 pagi. Semakin siang semakin sepi. Saran saya, berangkat menjelang jam 2 atau jam 3 sehingga bisa menjalankan sholat malam dan kembali ke pemondokan menjelang jam 7.30 pagi sehingga dapat menjalankan sholat syuru' maupun dhuha.

Mengapa shubuh adalah waktu yang pas ? Sebab di waktu sholat wajib lainnya kondisi bus sudah sangat penuh sesak. Pengalaman saya yang pernah mencoba untuk sholat jumat cukup menguras tenaga. Berangkat sekitar jam 10 pagi dari Azziziyah Janubiah menggunakan bus jemputan sudah cukup ramai. Terlebih di terminal Mahbas Jin (untuk transit ke bis khusus yang disediakan kerajaan saudi -- bus khusus masing-masing negara hanya boleh sampai Mahbas Jin ini). Sampai di Masjid juga harus putar-putar untuk cari tempat yang sedikit lengang. Hingga kepulangan saya, saya masih belum menemukan tempat yang pas untuk sholat jum'at.

Dikarenakan perjalanan dari pondokan ke Masjid Al Haram yang begitu menguras tenaga, maka kita harus mengantisipasi jangan sampai kondisi tubuh melemah menjelang puncak haji. Perbanyak buah atau jus buah untuk menjaga kondisi tubuh tetap prima. Untuk masalah makanan, nasi putih, abon, dan mie instan adalah menu wajib setiap hari ditambah dengan ayam khas turki untuk memenuhi nilai gizi.

Perbanyak istirahat untuk menjaga kondisi tubuh menjelang jamuan Alloh yang luar biasa disaat Alloh akan turun ke langit dunia dan menjawab semua doa saat 9 dzulhijjah nanti ...