Sunday 11 May 2008

rencana

Ibadah haji adalah ibadah fisik yang memerlukan persiapan fisik yang matang. Disamping persiapan mental tentunya. Dan demi mensukseskan misi 2009 saya sejumlah rencana sudah saya susun demi melatih fisik saya. Sekedar gambaran, untuk thawaf dan sa'i total jarang yang ditempuh kira-kira 7 km [sumber : berbagai pengalaman haji beberapa hajiwan/hajiwati] kalo ditambah jarak dari pemondokan ke Masjidil Haram kira2 3 km pulang pergi, maka total 10 km jarak yang harus ditempuh untuk sekali umrah/thawaf haji, jarak ini belum ditambah kalo akan mengumrahkan kerabat yang sudah meninggal. Jarak ini belum dihitung kalau terpaksa harus jalan kaki dari satu tempat ke tempat lain karena nggak kebagian bus atau nggak sabaran menunggu bus. Belum lagi ketahanan fisik sejak dari rumah, pendopo kabupaten, asrama haji, bandara di tanah air, terminal haji dan imigrasi bandara di tanah suci pastilah menguras ketahanan tubuh. Dan kalau tubuh mulai letih hal ini bisa berdampak pada mood dan daya tahan mental, padahal disinilah ujian kesabaran dimulai.

Rencana tersebut adalah, bangun pagi sekitar jam 2 untuk kencan rahasia, lalu tidur lagi dan bangun saat adzan shubuh. Sholat shubuh lalu cabut ke monas lari 7 putaran [ini jarak hanya dalam hitungan kasar saya kalo ditambah perjalan pulang pergi bisa mencapai 10 km] lalu pulang dan persiapan ke kantor. Begitulah rutinitas setiap hari kecuali senin dan kamis.

Namun apadaya rencana tersebut masih dalam buku rencana saya dan belum terealisasi. Kondisi saya sekarang tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut atau saya malah masuk rumah sakit karena kelelahan. Hal inilah yang paling membuat saya risau belakangan ini. Saya masih risau karena 'dunia' ini mengenggam saya begitu erat ...

yakinAllahmasihmenyiapkansegalanyasehinggasegalanyaakanpasdatangdisaatyangtepat

ya Allah ... mudahkanlah ... lancarkanlah ...

Saturday 10 May 2008

Allah, hamba mohon ...

Ternyata hanya beberapa hari saya merasakan indahnya pagi, damainya adzan shubuh, sejuknya air wudhu shubuh. Sekarang, perlahan tapi pasti, semua itu mulai terenggut dari kehidupan saya. Padahal baru beberapa hari yang lalu ibu saya berucap "Alhamdulillah" dengan nada penuh kegembiraan saat saya bercerita kalau saya sudah nggak lagi pake acara telat sholat shubuh tiap pagi, namun beberapa saat lalu saya harus kembali mengecewakan beliau dengan mengatakan beberapa hari belakangan sudah mulai terlambat sholat shubuh. Ya Allah ... ampuni saya ...

Saat sholat shubuh dengan latar pagi yang sudah terang benderang, saya jadi teringat dengan sindiran bapak saya beberapa waktu lalu di rumah. Waktu itu sudah menunjukkan jam 2 siang saat saya melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk ambil wudhu untuk sholat dzuhur. Tiba-tiba saat keluar dari kamar mandi bapak saya nyletuk "masa' calon haji sholat jam segini ???" dan saya sama sekali nggak punya argumen untuk berkata-kata sekedar menimpali sindiran bapak saya.

Namun lepas dengan status 'calon haji' setiap muslim memang seharusnya sholat diawal waktu, nggak peduli 'calon haji' atau bukan. Terlebih dalam pandangan saya, setiap orang yang belum berhaji layak mendapat gelar 'calon haji' selama dalam dirinya ada nafas islam.

Jujur, selama saya ada di Jakarta, masih dapat dihitung berapa kali saya sholat di awal waktu. Terlebih untuk sholat shubuh, saya lebih banyak telatnya. Bukan berarti tanpa ikhtiar untuk berusaha bangun sebelum matahari bersinar, namun apa daya tubuh ini tak mampu lagi kompromi. Dua alarm dari dua ponsel kebanyakan snozzing hingga jam 6 pagi dan bahkan bunyi alarmnya dah nggak bunyi lagi karena kelamaan nggak diberi respons.

Dan hal yang paling membebani saya, setidaknya untuk saat ini adalah kesulitan saya untuk mendapatkan waktu shubuh saya dan tahajjud saya. Semenjak tubuh ini 12 jam berada penuh tekanan plus 4 jam perjalanan plus segala ketidakteraturannya membuat tubuh ini tak kuasa bertahan.

Ya Allah, saya mohon dengan sangat ...

Ya Allah ... mudahkanlah ... lancarkanlah ...