Tuesday 10 November 2009

Antara Manasik Haji Rasul dengan Toleransi

Kamis, 5 November 2009, disela-sela kesibukan saya mengejar target skripsi yang harus saya selesaikan sebelum keberangkatan saya ke tanah suci, saya menyempatkan diri untuk hadir di kajian Dzuhur kantor. Kebetulan uztad pemateri kajian adalah Ust. Ade Purnama yang terkenal dengan pembahasan masalah fiqh seputar kegiatan sehari-hari. Eh ternyata eh ternyata, tema kajian kali ini adalah "Karakteristik Haji Mabrur" ... wah sesuai neeh ...

Saya tidak ingat secara detail isi kajiannya, yang jelas untuk mencapai haji mabrur ada beberapa hal yang harus dipenuhi selama pra, pelaksanaan, dan pasca haji. Ada hal yang menarik saat Ust. Ade membahas untuk mencapai haji yang mabrur adalah melaksanakan haji sesuai dengan tuntunan rasul. Rasul melaksanakan haji hanya sekali sehingga tidak akan ada pertentangan dalam periwayatan haji Rasul. Beberapa hal yang saya ingat tentang manasik haji rasul adalah :

- Hari Tarwaiyah, rasulullah bermalam di mina untuk kemudian menuju arafah pada 9 Dzulhijjah pagi. Sementara jemaah haji dari Indonesia mabit di Arafah, padahal semua jemaah haji selain jemaah haji Indonesia melaksanakan mabit di mina. Entah apa landasan dan pertimbangan Depag memutuskan hal ini.


- Selepas Wukuf di Arafah, jemaah haji bermalam di Muzdalifah sampai pagi, kecuali yang udzur syar'i dapat meninggalkan Muzdalifah setelah lewat jam 12 malam (contoh dari Rasul adalah Rasul memperkenankan wanita lanjut usia dan anak-anak meninggalkan muzdalifah sebelum subuh). Sementara jemaah haji Indonesia hampir kesemuanya hanya mensyaratkan bermalam di Muzdalifah sampai lewat jam 12 malam, padahal jemaah haji Indonesia tidak semuanya nenek-nenek dan anak-anak. Tidak disyariatkan untuk memungut batu di Muzdalifah, namun dalam manasik haji yang umum dilaksanakan jemaah Indonesia adalah memungut batu di muzdalifah dan seolah hal tersebut merupakan suatu ketentuan haji.

- Melempar jumrah di hari tasyrik pada ba'da zawal bagi jemaah haji Indonesia adalah hal yang dilarang dengan alasan keselamatan. Padahal Rasul tidak pernah mencontohkan pelemparan jumrah selain di ba'da zawal.

Hal hal diatas tidak dipertetangkan oleh jumhur ulama karena memang hal-hal itulah yang dilaksanakan oleh Rasul ketika haji wada'. Saya akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa haji memang harus dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasul, jika bukan kepada Rasul, lantas kepada siapakah kita mengambil contoh ? apalagi ini hal yang menyangkut urusan ritual ibadah.

Seusai kajian, langsung saya menemui ustad Ade untuk menanyakan bagaimana cara melaksanakan haji sesuai tuntuan Rasul sementara saya melaksanakan haji secara mandiri yang notabene tidak akan difasilistasi untuk dapat melaksanakan haji sesuai tuntunan Rasul. Dan diluar dugaan, beliau menawarkan saya untuk bergabung dengan rombongan haji beliau yang akan melaksanakan haji sesuai dengan manasik haji Rasul (Ust. Ade merupakan pimpinan salah satu KBIH di Jakarta). Dan selembar kartu nama beliau menjadi salah satu jalan terang saya dalam menapaki haji Rasul.

... Oia, ada hal yang menarik terjadi ketika saya konsultasi dengan Ust. Ade selepas kajian, ada jemaah yang sudah melaksanakan haji bertanya tentang ke-absahan haji yang telah dilaksanakannya yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasul. Dan Ust. Ade dengan bijak hanya menjawab Wallahu Alam ...

Malam harinya kembali saya lakukan diskusi kembali untuk menarik kesimpulan bagaimana nanti haji kami (saya dan kakak saya) akan dilaksanakan. Jika saya semakin mantap untuk bermanasik haji sesuai dengan tuntunan, maka kakak saya juga semakin mantap untuk berhaji sesuai dengan ilmu yang didapat selama bimbingan. Bahkan rencana awal kami sepakat mengambil nafar tsani, berubah menjadi nafar awal karena sebagian besar anggota regu kami adalah lansia yang kemungkinan akan 'bermasalah' jika terlalu lama berada di mina di dalam tenda. Saya kembali diminta untuk berfikir ulang untuk melaksanakan tarwiyah dan manasik lain sesuai tuntunan rasul mengingat kami adalah jemaah termuda dalam regu kami, diharapkan tenaga kami dapat bermanfaat untuk membantu anggota regu lain yang lanjut usia. Kakak saya berpesan, jangan sampai ada pembicaraan yang kurang sedap muncul hanya karena melaksanakan haji sesuai tuntunan Rasul.

Perdebatan berlangsung panas, saya hampir marah waktu kakak saya memvonis saya egois dan hanya memikirkan diri sendiri dan mengacuhkan jemaah lain yang membutuhkan pertolongan kami. Sampai pada suatu kesimpulan bahwa kakak saya akan tetap berhaji bersama regu sesuai manasik haji yang didapat selama bimbingan dan saya akan tetap berusaha mengejar bagaimana untuk melaksanakan haji sesuai dengan tuntunan Rasul, apapun resikonya.

Harapan saya adalah keinginan untuk berhaji sesuai tuntunan Rasul bukan hanya menjadi keinginan saya, namun juga ada jemaah lain yang berkeinginan sama sehingga nanti dapat membentuk rombongan baru untuk melaksanakan haji sesuai manasik Rasul tanpa harus keluar dari rombongan dan bergabung dengan rombongan dari lain. Walaupun saat ini saya harus menelan pil pahit bahwa tidak ada dari regu atau rombongan yang akan melaksanakan haji sesuai manasik Rasul ini.

Ya Allah, kepadaMU hamba memohon, kepadaMU hamba meminta pertolongan ...

Tuesday 20 October 2009

Haji tanpa bimbingan manasik haji.

Alhamdulillah, beberapa hari lalu dapat info kepastian tanggal keberangkatan dan kelompok terbang. Saya tergabung dalam rombongan III kloter 80 SUB yang diberangkatkan tanggal 18 November 2009 menuju KAA Airport Jeddah dan dipulangkan ke tanah air pada 27 Desember 2009 melalui AMA Madinah Airport. Persiapan dokumen dan barang bawaan sudah siap. Koper, tas tenteng, dan tas dokumen juga sudah diterima. Dan cuti haji pun sudah diajukan.

Saya tergabung dalam kloter 80 SUB yang merupakan kloter campuran yang terdiri dari 3 Provinsi yaitu Jawa Timur (Kab. Bondowoso), Bali, dan NTB. Karena merupakan kloter campuran, maka siapa yang menjadi ketua kloter, petugas haji, petugas kesehatan belum diketahui oleh jemaah calon haji.

Namun ada satu hal yang perlu dipersiapkan dan merupakan hal terpenting dalam pelaksanaan haji, yaitu persiapan manasik haji. Secara saya tinggal di Jakarta namun berangkat dari Bondowoso, dan mengambil haji mandiri (tanpa KBIH) maka mau tidak mau harus belajar manasik haji secara mandiri. Berbeda dengan kakak saya yang sudah tergabung dalam kelompok bimbingan ibadah haji, maka saya mungkin akan jadi satu-satunya jemaah haji Bondowoso yang tidak mengikuti bimbingan haji melalui kelompok bimbingan.

Karena tidak tergabung dalam kelompok bimbingan, maka dalam mempelajari manasik haji saya menggunakan banyak sumber. Sumber manasik haji dapat dengan mudah diperoleh dari buku, CD (Depag memberikan panduan pelaksanaan haji dalam bentuk CD), internet, maupunbelajar langsung kepada orang lain yang telah berpengalaman melaksanakan haji. Namun dari sekian banyak sumber, internetlah yang paling banyak saya gunakan. Media ini murah, informasi yang didapat beragam dan lengkap, serta bisa dilakukan di mana saja selama terhubung dengan komputer dan internet.

Namun, ada hal yang perlu diwaspadai ketika belajar melalui internet. Saking banyaknya informasi yang tersaji, kita harus dapat memilah dan memilih serta menganalisa setiap ilmu manasik yang kita baca, terutama jika ilmu tersebut kita dapat dari pengalaman haji seseorang. Kita harus dapat memastikan nilai kebenaran dari setiap informasi yang kita dapat. Jangan sampai kita mudah percaya dengan ilmu manasik yang sebenarnya merupakan bid'ah. Dengan cara ini maka kita akan mendapat 2 manfaat sekaligus yaitu : ilmu manasik yang benar dan ilmu manasik yang salah sehingga kita mendapatkan petunjuk untuk melaksanakan haji sekaligus mendapatkan peringatan hal-hal apa yang harus kita hindari selama menunaikan ibadah haji.

Karena saya belajar dari banyak sumber dan saling mengkonfrontir setiap informasi yang ada dengan tujuan memperoleh ilmu yang benar akhirnya sampailah ilmu manasik haji sesuai tuntunan rasul serta bagaimana sebenarnya jemaah haji Indonesia berhaji. Ilmu haji banyak saya dapatkan di sini. Dan dari banyak referensi lain yang biasa saya dapat dari Google ternyata ilmu manasik haji yang saya dapat dari situs tersebut adalah ilmu manasik haji yang sesuai dengan tuntunan Rasul.

Akhirnya setelah berhasil merangkum banyak ilmu manasik haji, tiba saatnya untuk menselaraskan ilmu manasik haji yang saya dapatkan dengan ilmu manasik haji yang diperoleh dari kelompok bimbingan kakak saya dengan tujuan supaya nantinya ketika pelaksanaan haji tidak ada lagi perdebatan mengenai tata cara pelaksanaan haji.

Dan ternyata MasyaAllah, banyak hal yang berbeda antara ilmu yang saya dapat dengan hal yang sudah disepakati dan nantinya akan dilaksanakan oleh regu saya (regu saya berpegang pada ilmu yang didapat dari ilmu manasik yang diperoleh dari kelompok bimbingan haji). Salah satu contohnya adalah pelaksanaan tarwiyah dimana dari ilmu yang saya dapat adalah mabit di mina, namun regu saya akan mabit di arafah dengan pertimbangan dari Depag memang mengarahkan jemaah untuk menuju arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Contoh lain adalah mengenai pelaksanaan lontar jumroh yang menurut manasik haji rasul dilaksanakan ba'da zawal (ba'da dhuhur), namun regu kami akan melaksanakan pada pagi hari atau malam hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Depag.

Perbedaan-perbedaan tersebut akhirnya saya diskusikan dengan kakak saya dengan supaya nanti tidak ada perdebatan lagi ketika pelaksanaan haji. Saya diminta untuk memfikirkan kembali untuk melaksanakan haji sesuai manasik rasul tersebut karena hal tersebut sama sekali tidak akan difasilitasi oleh Depag, artinya jika ingin melaksanakan haji sesuai tuntunan rasul harus berani keluar dari rombongan dan melaksanakan rangkaian ibadah sendiri.

Dari Pak Abu Syafwan (semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda atas dakwah beliau melalui tulisan-tulisan beliau) juga saya mendapat informasi bagaimana melaksanakan haji sesuai tuntunan Rasul dan hal tersebut juga sempat saya diskusikan dengan kakak saya. Dari solusi-solusi tesebut saya juga mengajukan syarat kepada kakak saya supaya mempertimbangkan solusi-solusi tersebut sebelum nantinya manasik mana yang akan dilaksanakan.

Sampai disini kakak saya masih berpegang teguh dengan manasik dari kelompok bimbingan haji, karena memang memiliki landasan yang kuat. Dan saya juga masih berpegang pada ilmu manasik haji Rasulullah dengan landasan menyempurnakan ibadah haji.

Thursday 15 October 2009

regu dan rombongan

Hari keberangkatan belum juga ditetapkan begitu pula dengan penetapan kelompok terbang (kloter). Informasi yang pasti adalah gelombang keberangkatan yaitu gelombang 2 (langsung makkah) dan menggunakan maskapai Saudi Airlines jadi untuk pemulangan langsung dari Bandara AMA Madinah. Oia, regu dan rombongan juga sudah terbentuk sejak masa pelunasan berakhir dan daftar jemaah calon haji 1430 H resmi diterbitkan oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten.
Berbeda dengan di kota-kota besar, upntuk kota sekelas Bondowoso, dalam pelaksanaan haji tidak melalui KBIH/yayasan dimana semua pengurusan dokumen haji dibantu pengurusannya oleh KBIH. Kalaupun ada KBIH, hal itu hanya bersifat bimbingan ibadah dan tidak menyentuh pengurusan dokumen-dokumen haji. Begitu juga saya, semua pengurusan dokumen hingga pembentukkan regu dan rombongan dilakukan mandiri yang dikoordinasikan oleh Departemen Agama. Biasanya haji model begini (tanpa KBIH) dikenal dengan "haji mandiri" *walaupun penyetoran ONH lewat BRI, tapi tetep disebutnya haji mandiri, bukan haji BRI ... hehehehe ...*
Regu yang dibentuk oleh Departemen Agama (Depag) Kabupaten aturannya disesuaikan dengan domisili atau tempat tinggal. Tapi biasanya depag menyerahkan pembentukan regu ini sepenuhnya kepada jemaah. Jemaah pun biasanya akan membentuk regu ketika masa bimbingan. Jadi satu regu biasanya berasal dari satu kelompok bimbingan sehingga sudah sepemahaman dalam tata pelaksanaan haji kelak. Jika regu-regu terbentuk, barulah Depag menggabungkan regu-regu tadi dalam sebuah rombongan-rombongan.
Jadi singkatnya beberapa orang (terdiri dari 10 sampai 11 jemaah) membentuk regu, dan dari beberapa regu akan membentuk rombongan. Satu romobongan biasanya terdiri dari 5 regu atau 45 s.d 50 orang atau sesuai dengan kapasitas satu bus. Masing masing regu dan rombongan memiliki ketua yang biasa disebut Karu (Ketua Regu) dan Karom (Ketua Rombongan).
Dalam satu regu biasanya disepakati beberapa hal. Misalnya selama di makkah nantinya untuk urusan makan akan masak sendiri atau beli, jika masak siapa saja yang akan membawa peralatan masak. Warna jilbab/sleyer untuk jemaah wanita juga kadang disepakati, sampai pada pengambilan nafar awal atau nafar tsani juga disepakati.
Kalau untuk romobongan biasanya jarang ada kesepakatan tertentu. Untuk romobongan saya saja, hingga saat ini belum ada kesepakatan apa-apa.
Oia, secara saya nggak ikut bimbingan manasik, jadi pembekntukan regu dan kelompok ini sepenuhnya diurus sama kakak saya. Saya terima jadi ... he he he ... Bahkan sampai saat ini saya belum bertemu dengan anggota regu saya ataupun rombongan saya ... *sampai ketemu di Embarkasi Juanda saja kalau begitu ... *

Wednesday 30 September 2009

meningitis

Setelah kemarin sukses dengan foto pasport dan vaksin influenza awal Ramadhan yang mengharuskan saya pulang kampung sebelum lebaran, kini saatnya untuk memenuhi satu vaksin yang harus disuntikkan kedalam tubuh saya. Vaksin meningitis namanya.
Sesuai appointment yang telah dibuat sebelumnya sepakat vaksinasi dilakukan pasca Idul Fitri. Waaa ... inilah tahapan persiapan terakhir sebelum keberangkatan ... Alhamdulillah ...
Saya bukan ahli dalam hal penetapan hukum halal dan haram, saya berpegang pada fatwa yang menyatakan vaksin meningitis halal selama dilakukan untuk yang pertama kalinya. Wallahu'alam, sesungguhnya hamba berlindung dari kebodohan dan tipu daya syetan yang menyesatkan ...

Thursday 27 August 2009

Paspor Hijau dan Meningitis

Akhirnya pemerintah Indonesia gagal melakukan lobby kepada perintah Saudi agar tetap mengizinkan jemaah haji Indonesia menggunakan paspor khusus (paspor coklat) berarti ada satu dokumen lagi yang harus segera diselesaikan.
Selidik punya selidik, ternyata pengurusan dokumen paspor hijau tidak dapat diwakilkan karena harus foto langsung dan ambil sidik jari di Imigrasi. Sempat terfikir akan urus paspor di Imigrasi Jakarta, namun pastinya berbayar dan rumit pengurusan selanjutnya (mensynkronkan dengan dokumen lain di Depag). Akhirnya untuk pertama kalinya mensengajakan diri pulang untuk pengurusan paspor di Imigrasi Jember (kantor Imigrasi terdekat di Bondowoso).
Dan nggak hanya itu, setelah kemarin sukses dengan mengirimkan hasil laboratorium dari jakarta untuk test kesehatan tahap 2, ternyata belum cukup sampai disana untuk dapat dinyatakan sehat pada test kesehatan tahap 2 ini. Pemerintah Saudi mewajibkan vaksinasi meningitis untuk mendapatkan visa masuk Saudi. Dan pemerintah Indonesia juga menghimbau untuk vaksinasi flu karena merebaknya virus flu babi hampir di seluruh dunia. Nah, daripada saya harus merogoh duit buat vaksinasi mandiri di Jakarta, sekalian urus paspor, maka diputuskan juga untuk vaksinasi di RSUD Bondowoso bersamaan dengan pengurusan Paspor.
Sabtu, 22 Agustus 2009
Hari pertama puasa Ramadhan 1430 H
Terbang pake pesawat sore setelah pagi harinya sidang Kuliah Kerja Praktek
Senin, 24 Agustus 2009
07.30 -- Imigrasi
Sudah stand by di kantor Imigrasi Jember. Udah banyak orang disana, tapi sepertinya bukan jemaah dari Bondowoso, mungkin dari kabupaten lain, soalnya hampir semua jemaah haji Bondowoso sudah foto dihari yang berbeda. Belakangan saya ketahui ternyata tanggal 24 tersebut adalah hari terakhir pengurusan dokumen untuk calhaj Bondowoso. Banyak yang pake baju koko sama kopyah. Beberapa ada yang pake sarung. Dan saya dengan sangat percaya diri mengenakan kemeja dengan bawahan celana jeans. Tak pelak saya jadi tontonan calhaj lain. Boleh donk, kan acaranya pengambilan foto, jadi nggak harus pake baju kaya mau ke masjid kan ... he he he ...
Di kantor Imigrasi hanya pemotretan dan pengambilan sidik jari, antreenya nggak lama, soalnya masih pagi. Sesi wawancara juga hanya ditanya nama ayah saja. Secara nama saya sudah 2 suku kata dan ayah saya juga 2 suku kata, jadilah nama paspor saya penggabungan nama saya dan ayah saya.
10.00 -- Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso
Menemui PIC yang sudah diketahui sebelumnya, ternyata eh ternyata belum bisa vaksinasi meningitis karena 1 ampul vaksin untuk 8 orang dan hari itu hanya saya yang belum vaksinasi. Akhirnya diputuskan untuk meningitis dilakukan setelah libur bersama Idul Fitri setelah mengumpulkan calhaj-calhaj yang juga belum vaksinasi.
Untung saja kejadian meningitis tidak terjadi untuk vaksin flu. Jadi siang itu juga langsung dapat vaksin flu. Bayar 150 K IDR, karena vaksin flu sifatnya hanya himbauan.
Akhirnya selesailah pengurusan dokumen haji dengan meninggalkan hutang vaksin meningitis yang akan dilakukan ba'da idul fitri nanti ...

Friday 26 June 2009

Pengurusan Dokumen Haji

Tak terasa, waktu semakin dekat, rasanya sudah tak sabar lagi segera untuk memenuhi panggilanNya ...

Saya nampaknya menjadi jemaah haji yang semua pengurusan dokumen hajinya diwakilkan ... he he he ... Jadi mulai dari pendaftaran tabungan haji, pendaftaran di depag, sampai pada pengurusan dokumen kesehatan hampir semua diwakilkan.
Saya ber-KTP Bondowoso, dan membuka tabungan haji di salah satu bank juga di Bondowoso, otomatis terdaftar sebagai jemaah haji Bondowoso, jadi semua pengurusan administrasi dan kesehatan harus melalui Bondowoso. Sementara saya tinggal dan bekerja di Jakarta. Jadi mau nggak mau harus ada yang mewakili saya atau kalo nggak saya harus bolak-balik Jakarta-Bondowoso untuk mengurus dokumen-dokumen tersebut.
Beberapa hal yang bisa dan sudah diwakilkan (saya diwakilkan oleh Ayah saya ... Jazakallah yha Pak ...) yaitu :
1. Pembukaan Tabungan Haji, berikut penyetorannya
2. Pendaftaran ke Departemen Agama
3. Pengurusan Surat Keterangan Sehat untuk Test Kesehatan Tahap 1
Untuk point 3 diatas bisa diwakilkan atas pertimbangan usia saya yang masih muda dan diprediksi sehat wal'afiat serta dokter yang akan mengeluarkan surat keterangan sudah sangat mengenal rekam medis saya.
Namun ada beberapa hal yang tidak dapat diwakilkan, dan harus benar-benar datang ke lokasi. Yaitu sesi foto untuk paspor haji dan test kesehatan tahap 2.
Untuk test kesehatan tahap 2 adalah pemeriksaan yang sudah cukup detail, sudah sampai pada pemeriksaan Laboratorium. Cara mensiasatinya adalah dengan melakukan cek kesehatan di klinik/RS terdekat, bilang saja untuk haji. Tentunya test ini berbayar, kalo di RS setempat (sesuai daerah keberangkatan tanpa biaya/sudah masuk komponen BPIH). Jadi kemaren saya sudah melakukan cek darah di klinik kantor dan keesokan harinya langsung di Fax-kan.
Tapi apakah semua dokumen sudah selesai ??? tentu tidak ... tunggu update selanjutnya ...

Monday 19 January 2009

Berlatih Menghadapi Keramaian

Haji merupakan ibadah yang terikat oleh waktu dan tempat. Tempatnya juga hanya ada 1 seluruh dunia, jadi dapat dipastikan seluruh jemaah haji akan tumpah ruah di tempat-tempat tertentu dalam waktu yang bersamaan.

Selain itu, masjidil haram, pusat kiblat sholat seluruh ummat muslim se jagad-raya juga merupakan masjid yang tak pernah sepi jamaah.

Bahkan mulai dari saat pemberangkatan, pelaksanaan, puncak, dan pemulangan jemaah haji selalu bertemu dengan yang disebut dengan keramaian.

Jika tidak dipersiapkan dengan baik, bukan mustahil 'keramaian' ini akan jadi 'setan' dan gangguan dalam pelaksanaan ibadah haji. Parahnya, bagi yang memiliki phobia terhadap keramaian dijamin nggak akan dapat melaksanakan ibadah dengan baik, kecuali phobia tersebut hilang sebelum masa keberangkatan.

Nah, maka dari itu diperlukan latihan untuk menghadapi keramaian sehingga saat menghadapi ibadah nanti tidak mengalami kendala dan hati tetap terjaga ... *haji itu harus sabar lho ... apalagi kalau lagi ihrom* Berikut beberapa hal yang lumayan untuk dilakukan untuk menghadapi keramaian :

  1. Datang ke pasar tradisional atau ke pasar tanah abang. Ke Pasarnya pas peak sesason, sabtu atau minggu siang untuk pasar tanah abang. Biasanya jam segitu puncak keramaian tiap minggu. Ber'thawaf'lah dari lantai ke lantai sekalian latihan jalan, kalau lantai-nya lagi sepi cari lantai yang lebih ramai.
  2. Kalau nggak ke pasar tradisional bisa ke pasar kaget. Pasar kaget lebih recommended karena biasanya lebih ramai. Biasanya saya datang ke pasar pagi di kwitang yang jual macem-macem. Datangnya jam 7an, biasanya jam segitu puncak keramaian. Nah, lumayan keramaian disana untuk latihan menghadapi keramaian.
  3. Sholat Jum'at atau Sholat Ied di masjid-masjid besar. Disana biasanya akan banyak jemaah. Keluar areal masjid barengkan dengan jemaah yang lain sehingga benar-benar berasa ramainya.
  4. Kalau yang ini sepertinya mau ndak mau yang biasa pake KRL, Bus TJ, atau angkutan umum lain (selain taxi) pasti biasa mengalami. Nah, selain karena memang nggak ada pilihan lain, menggunakan moda transportasi diatas sangat membantu untuk melatih diri menghadapi keramaian dengan penuh kesabaran.
Nah, semoga 4 tips tadi cukup membantu latihan menghadapi keramaian dan mempertahankan kesabaran.

Warning : selain latihan kesabaran, kewaspadaan juga tetap harus dipertahankan ... jakarta gitu loch ...