Alhamdulillah, beberapa hari lalu dapat info kepastian tanggal keberangkatan dan kelompok terbang. Saya tergabung dalam rombongan III kloter 80 SUB yang diberangkatkan tanggal 18 November 2009 menuju KAA Airport Jeddah dan dipulangkan ke tanah air pada 27 Desember 2009 melalui AMA Madinah Airport. Persiapan dokumen dan barang bawaan sudah siap. Koper, tas tenteng, dan tas dokumen juga sudah diterima. Dan cuti haji pun sudah diajukan.
Saya tergabung dalam kloter 80 SUB yang merupakan kloter campuran yang terdiri dari 3 Provinsi yaitu Jawa Timur (Kab. Bondowoso), Bali, dan NTB. Karena merupakan kloter campuran, maka siapa yang menjadi ketua kloter, petugas haji, petugas kesehatan belum diketahui oleh jemaah calon haji.
Namun ada satu hal yang perlu dipersiapkan dan merupakan hal terpenting dalam pelaksanaan haji, yaitu persiapan manasik haji. Secara saya tinggal di Jakarta namun berangkat dari Bondowoso, dan mengambil haji mandiri (tanpa KBIH) maka mau tidak mau harus belajar manasik haji secara mandiri. Berbeda dengan kakak saya yang sudah tergabung dalam kelompok bimbingan ibadah haji, maka saya mungkin akan jadi satu-satunya jemaah haji Bondowoso yang tidak mengikuti bimbingan haji melalui kelompok bimbingan.
Karena tidak tergabung dalam kelompok bimbingan, maka dalam mempelajari manasik haji saya menggunakan banyak sumber. Sumber manasik haji dapat dengan mudah diperoleh dari buku, CD (Depag memberikan panduan pelaksanaan haji dalam bentuk CD), internet, maupunbelajar langsung kepada orang lain yang telah berpengalaman melaksanakan haji. Namun dari sekian banyak sumber, internetlah yang paling banyak saya gunakan. Media ini murah, informasi yang didapat beragam dan lengkap, serta bisa dilakukan di mana saja selama terhubung dengan komputer dan internet.
Namun, ada hal yang perlu diwaspadai ketika belajar melalui internet. Saking banyaknya informasi yang tersaji, kita harus dapat memilah dan memilih serta menganalisa setiap ilmu manasik yang kita baca, terutama jika ilmu tersebut kita dapat dari pengalaman haji seseorang. Kita harus dapat memastikan nilai kebenaran dari setiap informasi yang kita dapat. Jangan sampai kita mudah percaya dengan ilmu manasik yang sebenarnya merupakan bid'ah. Dengan cara ini maka kita akan mendapat 2 manfaat sekaligus yaitu : ilmu manasik yang benar dan ilmu manasik yang salah sehingga kita mendapatkan petunjuk untuk melaksanakan haji sekaligus mendapatkan peringatan hal-hal apa yang harus kita hindari selama menunaikan ibadah haji.
Karena saya belajar dari banyak sumber dan saling mengkonfrontir setiap informasi yang ada dengan tujuan memperoleh ilmu yang benar akhirnya sampailah ilmu manasik haji sesuai tuntunan rasul serta bagaimana sebenarnya jemaah haji Indonesia berhaji. Ilmu haji banyak saya dapatkan di sini. Dan dari banyak referensi lain yang biasa saya dapat dari Google ternyata ilmu manasik haji yang saya dapat dari situs tersebut adalah ilmu manasik haji yang sesuai dengan tuntunan Rasul.
Akhirnya setelah berhasil merangkum banyak ilmu manasik haji, tiba saatnya untuk menselaraskan ilmu manasik haji yang saya dapatkan dengan ilmu manasik haji yang diperoleh dari kelompok bimbingan kakak saya dengan tujuan supaya nantinya ketika pelaksanaan haji tidak ada lagi perdebatan mengenai tata cara pelaksanaan haji.
Dan ternyata MasyaAllah, banyak hal yang berbeda antara ilmu yang saya dapat dengan hal yang sudah disepakati dan nantinya akan dilaksanakan oleh regu saya (regu saya berpegang pada ilmu yang didapat dari ilmu manasik yang diperoleh dari kelompok bimbingan haji). Salah satu contohnya adalah pelaksanaan tarwiyah dimana dari ilmu yang saya dapat adalah mabit di mina, namun regu saya akan mabit di arafah dengan pertimbangan dari Depag memang mengarahkan jemaah untuk menuju arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Contoh lain adalah mengenai pelaksanaan lontar jumroh yang menurut manasik haji rasul dilaksanakan ba'da zawal (ba'da dhuhur), namun regu kami akan melaksanakan pada pagi hari atau malam hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Depag.
Perbedaan-perbedaan tersebut akhirnya saya diskusikan dengan kakak saya dengan supaya nanti tidak ada perdebatan lagi ketika pelaksanaan haji. Saya diminta untuk memfikirkan kembali untuk melaksanakan haji sesuai manasik rasul tersebut karena hal tersebut sama sekali tidak akan difasilitasi oleh Depag, artinya jika ingin melaksanakan haji sesuai tuntunan rasul harus berani keluar dari rombongan dan melaksanakan rangkaian ibadah sendiri.
Dari Pak Abu Syafwan (semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda atas dakwah beliau melalui tulisan-tulisan beliau) juga saya mendapat informasi bagaimana melaksanakan haji sesuai tuntunan Rasul dan hal tersebut juga sempat saya diskusikan dengan kakak saya. Dari solusi-solusi tesebut saya juga mengajukan syarat kepada kakak saya supaya mempertimbangkan solusi-solusi tersebut sebelum nantinya manasik mana yang akan dilaksanakan.
Sampai disini kakak saya masih berpegang teguh dengan manasik dari kelompok bimbingan haji, karena memang memiliki landasan yang kuat. Dan saya juga masih berpegang pada ilmu manasik haji Rasulullah dengan landasan menyempurnakan ibadah haji.
Saya tergabung dalam kloter 80 SUB yang merupakan kloter campuran yang terdiri dari 3 Provinsi yaitu Jawa Timur (Kab. Bondowoso), Bali, dan NTB. Karena merupakan kloter campuran, maka siapa yang menjadi ketua kloter, petugas haji, petugas kesehatan belum diketahui oleh jemaah calon haji.
Namun ada satu hal yang perlu dipersiapkan dan merupakan hal terpenting dalam pelaksanaan haji, yaitu persiapan manasik haji. Secara saya tinggal di Jakarta namun berangkat dari Bondowoso, dan mengambil haji mandiri (tanpa KBIH) maka mau tidak mau harus belajar manasik haji secara mandiri. Berbeda dengan kakak saya yang sudah tergabung dalam kelompok bimbingan ibadah haji, maka saya mungkin akan jadi satu-satunya jemaah haji Bondowoso yang tidak mengikuti bimbingan haji melalui kelompok bimbingan.
Karena tidak tergabung dalam kelompok bimbingan, maka dalam mempelajari manasik haji saya menggunakan banyak sumber. Sumber manasik haji dapat dengan mudah diperoleh dari buku, CD (Depag memberikan panduan pelaksanaan haji dalam bentuk CD), internet, maupunbelajar langsung kepada orang lain yang telah berpengalaman melaksanakan haji. Namun dari sekian banyak sumber, internetlah yang paling banyak saya gunakan. Media ini murah, informasi yang didapat beragam dan lengkap, serta bisa dilakukan di mana saja selama terhubung dengan komputer dan internet.
Namun, ada hal yang perlu diwaspadai ketika belajar melalui internet. Saking banyaknya informasi yang tersaji, kita harus dapat memilah dan memilih serta menganalisa setiap ilmu manasik yang kita baca, terutama jika ilmu tersebut kita dapat dari pengalaman haji seseorang. Kita harus dapat memastikan nilai kebenaran dari setiap informasi yang kita dapat. Jangan sampai kita mudah percaya dengan ilmu manasik yang sebenarnya merupakan bid'ah. Dengan cara ini maka kita akan mendapat 2 manfaat sekaligus yaitu : ilmu manasik yang benar dan ilmu manasik yang salah sehingga kita mendapatkan petunjuk untuk melaksanakan haji sekaligus mendapatkan peringatan hal-hal apa yang harus kita hindari selama menunaikan ibadah haji.
Karena saya belajar dari banyak sumber dan saling mengkonfrontir setiap informasi yang ada dengan tujuan memperoleh ilmu yang benar akhirnya sampailah ilmu manasik haji sesuai tuntunan rasul serta bagaimana sebenarnya jemaah haji Indonesia berhaji. Ilmu haji banyak saya dapatkan di sini. Dan dari banyak referensi lain yang biasa saya dapat dari Google ternyata ilmu manasik haji yang saya dapat dari situs tersebut adalah ilmu manasik haji yang sesuai dengan tuntunan Rasul.
Akhirnya setelah berhasil merangkum banyak ilmu manasik haji, tiba saatnya untuk menselaraskan ilmu manasik haji yang saya dapatkan dengan ilmu manasik haji yang diperoleh dari kelompok bimbingan kakak saya dengan tujuan supaya nantinya ketika pelaksanaan haji tidak ada lagi perdebatan mengenai tata cara pelaksanaan haji.
Dan ternyata MasyaAllah, banyak hal yang berbeda antara ilmu yang saya dapat dengan hal yang sudah disepakati dan nantinya akan dilaksanakan oleh regu saya (regu saya berpegang pada ilmu yang didapat dari ilmu manasik yang diperoleh dari kelompok bimbingan haji). Salah satu contohnya adalah pelaksanaan tarwiyah dimana dari ilmu yang saya dapat adalah mabit di mina, namun regu saya akan mabit di arafah dengan pertimbangan dari Depag memang mengarahkan jemaah untuk menuju arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Contoh lain adalah mengenai pelaksanaan lontar jumroh yang menurut manasik haji rasul dilaksanakan ba'da zawal (ba'da dhuhur), namun regu kami akan melaksanakan pada pagi hari atau malam hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Depag.
Perbedaan-perbedaan tersebut akhirnya saya diskusikan dengan kakak saya dengan supaya nanti tidak ada perdebatan lagi ketika pelaksanaan haji. Saya diminta untuk memfikirkan kembali untuk melaksanakan haji sesuai manasik rasul tersebut karena hal tersebut sama sekali tidak akan difasilitasi oleh Depag, artinya jika ingin melaksanakan haji sesuai tuntunan rasul harus berani keluar dari rombongan dan melaksanakan rangkaian ibadah sendiri.
Dari Pak Abu Syafwan (semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda atas dakwah beliau melalui tulisan-tulisan beliau) juga saya mendapat informasi bagaimana melaksanakan haji sesuai tuntunan Rasul dan hal tersebut juga sempat saya diskusikan dengan kakak saya. Dari solusi-solusi tesebut saya juga mengajukan syarat kepada kakak saya supaya mempertimbangkan solusi-solusi tersebut sebelum nantinya manasik mana yang akan dilaksanakan.
Sampai disini kakak saya masih berpegang teguh dengan manasik dari kelompok bimbingan haji, karena memang memiliki landasan yang kuat. Dan saya juga masih berpegang pada ilmu manasik haji Rasulullah dengan landasan menyempurnakan ibadah haji.