Sunday 31 October 2010

Ketika Pertolongan Alloh itu Begitu Dekat

Saya adalah salah satu jemaah haji mandiri yang berangkat bukan dari lokasi domisili saya. Saya tinggal di Jakarta dan berangkat dari Bondowoso melalui embarkasi Juanda, Surabaya. Prkatis saya tidak mernah mendapatkan materi manasik haji secara khusus baik dari yayasan (secara saya ngga ikut yayasan / KBIH) maupun dari Departemen Agama karena ngga mungkin saya pulang kampung hanya untuk mengikuti manasik haji (pertimbangan financial tentunya :D)

Alhasil saya belajar manasik dari buku, blog, artikel di berbagai situs internet serta dari pengalaman haji beberapa sahabat dan keluarga. Kesempatan silaturahim Idul Fitri merupakan mementum yang pas untuk banyak belajar dari pengalaman orang lain.


Berbeda dengan kakak saya yang bisa mengikiuti manasik haji regular yang diadakan oleh Departemen Agama Kabupaten maupun yang diadakan swadaya oleh ikatan alumni haji. Untuk menjembatani hal ini yang kami lakukan adalah berusaha saling membagi segala ilmu dan informasi seputar tata pelaksanaan haji baik dengan tujuan menghindarkan pertentangan perbedaan tata pelaksanaan ketika pelaksanaan haji di tanah suci kelak.


Pada mulanya semua berjalan mulus, tidak ada perbedaan yang berarti dari manasik haji yang saya dapatkan dan kakak saya dapatkan. Semua masih bisa seiring sejalan, kalaupun ada perbedaan bukanlah hal yang mayor dan masih dapat ditolerir. Hingga sampai pada bab tanazul (tarwiyah / menetap di Mina pada tanggal 8 Djulhijjah), mabit di muzdalifah, waktu pelontaran jamarat, dan pengambilan nafar awal.tsani.


Dari banyak literatur yang saya baca dan kaji, dalam melaksanakan haji, Rasul yang hanya berhaji sekali seumur hidupnya, beliau menetap di Mina pada tanggal 8 dzulhijjah sebelum bertolak ke arafah pada tanggal 9 dzulhijjah. Masalah terjadi ketika ternyata pemerintah Indonesia tidak memfasilitasi hal ini, Semua jemaah Indonesia yang dikoordinir Departemen Agama langsung dibawa di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah dan bermalam di sana. Hal ini lah yang disosialisasikan pada waktu manasik haji oleh Departemen Agama. Dan hal ini pula lah yang dipegang teguh oleh kakak saya.


Mabit di muzdalifah, yang ditanamkan oleh Departemen Agama adalah sah bermalam di Muzdalifah walau hanya lewat tengah malam (tidak sampai subuh). Sedangkan yang saya pahami adalah selepas shubuh hingga syuru' Rasul melakukan wukuf lagi di Muzdalifah jadi menurut hemat saya, sayang jika waktu mustajab ini dilewatkan begitu saja.


Waktu lontar jamarat baik di jumrah aqobah maupun 3 jamarat di hari tasyrik serta pengambilan waktu nafar awal/tsani juga tak pelak menimbulkan pertentangan. Yang saya inginkan adalah maksimal dalam beribadah, ambil waktu terbaik sesuai yang Rasul contohkan karena dari beliaulah tata peribadatan dicontohkan.


Hanya ada satu jalan untuk dapat melaksanakan tata manasik sesuai apa yang saya pelajari diatas, yaitu "keluar dari rombongan". Tentu saja argumen-argumen saya tentang pentingnya berhaji sesuai dengan apa yang Rasul contohkan dapat dengan mudah dipatahkan dengan berbagai alasan, misalnya : kemungkinan tersesat, resiko kecelakaan yang tinggi (ingat tragedi mina yang memakan banyak korban), hingga pada argumen 'jangan takabur dengan ingin sempurna dalam berhaji, ikuti saja aturan pemerintah'


Hingga suatu ketika, siang hari diwaktu kajian dzuhur di Mushala At Tarbiyah KPPTI Lt. 23 secara pas Alloh menetapkan kajian dzuhur diisi oleh Ust. Ade Purnama dengan tema menggapai haji mabrur. Secara pas pula beliau menggambarkan bagaimana tata cara pelaksanaan haji yang Rasul contohkan dan semua sama persis seperti yang saya pelajari dan saya idam-idamkan. Tangan bersambut, Ust. Ade Purmana adalah pembimbing haji dan juga akan berangkat membimbing haji tahun tersebut. Saya utarakan masalah saya dan dengan tersenyum beliau hanya menjawab "gabung saja dengan rombongan saya, ini nomor ponsel saya" ... Alhamdulillah ... dan tak lupa saya juga meminta nomor kloter dan lokasi pemondokan khawatir nomor ponsel beliau tidak berhasil saya hubungi.


Saya sampaikan berita ini kepada kakak saya, namun tidak semudah itu meyakinkan kakak saya sebab meninggalkan rombongan utama bukan pilihan mudah bagi kakak saya karena sudah begitu banyak rencana yang akan dilaksanakan rombongan dan kakak saya. Perdebatan sengit hingga sampai klimaks pada kesepakatan saya tetap pada rencana saya dengan semata-mata mengikuti sunnah Rasul dan kakak saya tetap pula pada rencananya.


Saya sedih, tapi berusaha mengembalikan semuanya pada Alloh. Dan sms dari Ust Ade dari nomor berawalan +966 (kode negara KSA) sedikit menghibur saya, "ini Ust Ade dari arab, ini nomor saya selama di saudi".


Hingga suatu siang, sepulang dari sholat jum'at, di Mahbas Jin (terminal transit bus khusus jamaah) ada seorang jemaah haji bertanya pada rekan satu regu saya (mas Agus), "nggak ingin tanazul mas ? saya lagi cari temen, rombongan saya nggak ada yang bertanazul" rekan saya menjawab "iya, sebenarnya saya ada kenalan salah satu KBIH Maqdis Bandung, tapi rombongan mereka belum tiba" pembicaraan berlanjut dan diakhiri dengan saling tukar nomor ponsel dan "hubungi saya ya kalau sudah ada kabar"


Terus terang saya hanya terdiam saat pembicaraan diatas, saya belum berani mengutarakan rencana saya untuk juga bertanazul dikarenakan saya sendiri belum berhasil menemui Ust. Ade Purnama. Malam harinya, saya segera menghubungi Ust. Ade dan janjian untuk bertemu. Sejak tiba di Makkah saya lebih disibukkan dengan penyesuaian awal hingga belum sempat berhubungan dengan beliau. Dan saya pun tersenyum dengan balasan sms dari beliau bertuliskan "ana mengisi kajian ba'da shubuh di lt.3 haram depan hilton, ketemuan disana saja"


Keesokan harinya, dengan modal nekat, ba'da shubuh bersama kakak saya mengitari sebegitu luasnya pelataran lt. 3 Masjid Al Haram, dan alhasil bertemulah kami dengan Ust. Ade. Alhamdulillah...dan saya sampaikan lagi keinginan saya bergabung dan harapan saya untuk dapat mengajak jamaah lain. Gayung bersambut, semua lancar dan yang paling saya gembirakan adalah kakak saya begitu mudah berubah pikiran dan menyatakan mau berpisah dari rombongan utama selama pelaksanaan haji.


Kegembiraan tak hanya sampai disitu, setelah pertemuan dengan Ust. Ade, segera saya sampaikan pada Mas Agus dan beliau lebih memilih bergabung dengan saya dikarenakan belum berhasil menghubungi KBIH Maqdis Bandung dan Mas Agus pun langsung menghubungi jemaah yang ingin bertanazul sesuai pembicaraan di Mahbas Jin tempo lalu.


Subhanalloh, Allohlah yang Mahasempurna mengatur segalanya, ternyata jemaah yang ingin bertanazul tadi adalah suami teman kakak saya dan juga satu kloter dengan saya dan mas Agus. Mengetahui hal ini semakin mantaplah niat kakak saya berhaji sesuai sunnah. "jadi ada temennya" ungkap kakak saya ....


Dan segala persiapan-pun dijalankan, dan sejak saat itu, kami memiliki dua rombongan ... indahnya persaudaraan.


Subhanalloh, Alloh Mahadekat pertolonganNYA, ketika segalanya dipasrahkan, maka segalanya akan begitu mudah dan indah dijalani ...

Foto Rombongan "dadakan" Al Qudwah Haji dan Umrah 2009

Saturday 30 October 2010

Menanti Jamuan Alloh

Bagi jemaah haji gelombang 1 maupun gelombang 2, tentunya akan ada masanya menunggu beberapa saat di makkah sebelum menjalankan puncak ibadah haji yaitu wukuf di arafah.

Pengalaman saya yang menjadi jemaah haji gelombang 2 akhir yang tiba di Makkah seminggu sebelum wukuf , waktu menunggu di Makkah sebelum puncak haji tergolong singkat. Sisi positifnya, kondisi tubuh masih relatif fit karena baru datang dan belum ada aktifitas yang berarti, namun sisi negatifnya adalah belum memahami benar kondisi Makkah.

Karena kedatangan kami ke Makkah satu minggu sebelum puncak haji, praktis kondisi Makkah sudah sangat ramai dengan jemaah haji dari semua penjuru dunia. Kondisi Masjid Al Haram juga sudah dapat dikatakan ramai dan bertambah ramai setiap harinya.

Dari pengalaman beberapa sahabat dan keluarga yang telah berhaji, seminggu menjelang wukuf , untuk menjaga stamina sebaiknya tidak perlu memaksakan diri untuk selalu melaksanakan sholat wajib di Masjid Al Haram. Terutama untuk yang lokasi pemondokannya jauh. Saya sendiri setelah wukuf hanya diwaktu subuh saja ke Masjid Al Haram. Sebab hanya diwaktu shubuh saja kondisi bis jemputan yang sedikit lenggang.

Shubuh memang waktu yang pas sebab range waktu keberangkatan jemaah dari pondokan ke masjid cukup lama, yaitu dari sekitar jam 2 hingga jam 4 pagi. Sehingga relatif lengang. Untuk kembali ke pemondokan juga relatif panjang waktunya. Dari ba'da shubuh hingga sekitar jam 8 pagi. Semakin siang semakin sepi. Saran saya, berangkat menjelang jam 2 atau jam 3 sehingga bisa menjalankan sholat malam dan kembali ke pemondokan menjelang jam 7.30 pagi sehingga dapat menjalankan sholat syuru' maupun dhuha.

Mengapa shubuh adalah waktu yang pas ? Sebab di waktu sholat wajib lainnya kondisi bus sudah sangat penuh sesak. Pengalaman saya yang pernah mencoba untuk sholat jumat cukup menguras tenaga. Berangkat sekitar jam 10 pagi dari Azziziyah Janubiah menggunakan bus jemputan sudah cukup ramai. Terlebih di terminal Mahbas Jin (untuk transit ke bis khusus yang disediakan kerajaan saudi -- bus khusus masing-masing negara hanya boleh sampai Mahbas Jin ini). Sampai di Masjid juga harus putar-putar untuk cari tempat yang sedikit lengang. Hingga kepulangan saya, saya masih belum menemukan tempat yang pas untuk sholat jum'at.

Dikarenakan perjalanan dari pondokan ke Masjid Al Haram yang begitu menguras tenaga, maka kita harus mengantisipasi jangan sampai kondisi tubuh melemah menjelang puncak haji. Perbanyak buah atau jus buah untuk menjaga kondisi tubuh tetap prima. Untuk masalah makanan, nasi putih, abon, dan mie instan adalah menu wajib setiap hari ditambah dengan ayam khas turki untuk memenuhi nilai gizi.

Perbanyak istirahat untuk menjaga kondisi tubuh menjelang jamuan Alloh yang luar biasa disaat Alloh akan turun ke langit dunia dan menjawab semua doa saat 9 dzulhijjah nanti ...

Thursday 15 July 2010

Mengenal Moda Transportasi di Makkah

Tidak seperti Haji Plus atau jemaah haji dari luar Indonesia yang bisa mendapatkan penginapan dekat dengan Masjidil Haram, bagi jemaah haji Indonesia yang mayoritas berada di Ring 2 dan Ring 3 pengetahuan tentang bagaimana untuk menuju Masjidil Haram adalah satu hal yang wajib untuk diketahui jemaah.

Tentunya karena kita berniat untuk ibadah, dengan nilai pahala yang berlipat 100ribu kali, maka sangat disayangkan kalau jemaah lebih memilih untuk berada di maktab daripada pergi ke Masjid Al Haram dengan alasan nggak tau bagaimana untuk menuju ke sana.

Meski sudah bergabung dengan KBIH, pengenalan terhadap moda transportasi di Makkah juga perlu diketahui jemaah sebab nggak selamanya kita akan berombongan untuk menuju Masjid Al Haram. Atau paling tidak ketika akan menuju Masjid kita tidak bergantung pada ketua rombongan maupun orang lain.

Alhamdulillah, pemerintah Indonesia memfasilitasi bis jemaah untuk jemaah yang berada di wilayah Ring 2 dan Ring 3. Bahkan kalao jemaah dari DKI mendapatkan bus khusus yang siap antar jemput jemaah dari dan ke Masjid Al Haram. Bahkan jemaah haji DKI juga dapat jatah makan gratis juga lho ... Bang Yos baik yha ...

Biasanya ketua rombongan atau ketua kloter akan menginformasikan bagaimana dan dimana harus berkumpul untuk memanfaatkan bis gratis, tapi jika informasi ini tidak didapatkan, bisa bertanya pada jemaah kloter lain yang tinggal satu maktab. Berangkat bersama merupakan solusi jitu untuk mengetahui bagaimana ke Masjid Al Haram dan kalo bisa pulang pergi juga bersama. Nggak lucu lho kita bisa sampe ke Masjid Al Haram tapi nggak bisa balik ke maktab ...

Tapi nggak selamanya kita bisa menggunakan Bis Gratis, menjelang puncak haji, penggunaan bis gratis akan dihentikan karena armada bis akan dipersiapkan untuk pelaksanaan puncak haji. Atau karena keterbatasan jumlah armada, terkadang bis selalu penuh sesak. Atau kadang si supir malah nggak mau berangkat karena belum 'jam'nya padahal waktu sudah mendekati waktu adzan.
Bis Khusus Jemaah dari Pemerintah Indonesia, bisnya bagus lho ...

Bis Jemaah ada 2 macam, ada bis khusus dari pemerintah negara masing-masing dan bis yang disediakan oleh KSA. Menjelang puncak musim haji, untuk mencegah penumpukan penumpang di areal masjidil haram, maka semua bis khusus jemaah yang dari pemerintah negara masing-masing tidak diperkenankan langsung menuju areal masjid al haram. Tapi harus berhenti di Mahbas Jin (untuk jemaah dari Aziziyah dan sekitarnya) baru dari Mahbas Jin jemaah diantar dengan Bis yang disediakan oleh KSA. Gratis juga kok ... tapi harus siap tempur dengan jemaah dari seluruh dunia.

Untuk jemaah yang sudah lanjut, tidak disarankan menggunakan bus gratis apalagi disekitar waktu puncah haji dimana jemaah sedang banyak-banyaknya. Sebaiknya pilih moda transportasi lain.

Bis khusus jemaah dari KSA

Tapi setelah volume jemaah haji di masjid al haram berangsur surut, bis khusus yang disediakan KSA akan berhenti beroperasi dan bis khusus dari pemerintah negara masing-masing jemaah diperkenankan untuk mengantar sampe ke areal masjid al haram.

Suasana bus gratis dari KSA setelah lewat musim padat jamaah

Nah, untuk yang ini, bisa menggunakan 'taxi'. Sebenarnya bukan taxi, yang ada omprengan mobil minibus yang dijalankan oleh seorang driver dan seorang kenek. Mirip metromini atau kopaja tapi bukan pake bus tapi pake minibus kayak travello, atau minibus-minibus lain yang ada di Indonesia.

Tetapkan akad terlebih dahulu, kalo bersepuluh dari sekitar Aziziyah Janubiah atau Aziziyah Syamaliyah biasanya sekitar 2 SAR per orang, tapi harga semakin naik menjelang puncak haji dimana bus-bus gratis sudah mulai tidak beroperasi. Sebaiknya harus berombongan karena bisa semakin murah serta semakin merasa 'aman'. Maklum, kadang kita suka was-was berada di negeri orang.

Pakai saja bahasa isyarat, atau kalau mahir berbahasa arab bisa diterapkan. Bahasa Inggris tidak disarankan, sebab sepertinya tidak banyak penduduk makkah yang paham bahasa Inggris. Dan jangan langsung masuk mobil sebelum sepakat dengan kenek atau supir.

Kalau menuju masjid kita nggak perlu peta atau alamat maktab, karena supir-supir sudah paham, tapi kalau mau menggunakan omprengan untuk kembali ke Maktab, maka harus membawa kartu maktab yang berisi alamat maktab. Biasanya dikasi oleh muttawif begitu tiba di maktab. Tinggal tunjukkan alamat, tawar menawar maka insyaAlloh tiba di Maktab dengan sukses.

Sebenarnya juga ada taksi yang ber-argo mirip di Indonesia, tapi biasanya tarifnya mahal, sebaiknya pake yang omprengan saja. Mobil omprengan di Makkah kondisinya lumayan kok ...

Oia, untuk wanita, sebaiknya jangan pergi sendiri yha ... harus ada laki-laki yang menemani. Untuk tawar menawar sebaiknya juga laki-laki yang melakukan. Dan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, cara masuk ke mobil dahulukan laki-laki namun ketika keluar dahulukan perempuan.

Semoga bermanfaat ;)

Wednesday 14 July 2010

Waspada Premanisme Haji

QS : 2.197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Salah satu bekal taqwa adalah pemahaman keilmuan yang cukup untuk dapat menjalankan ibadah secara pribadi. Meski sudah ada pembimbing, kita harus siap untuk melaksanakan ibadah secara mandiri.

Mengapa ilmu begitu penting, sebab jemaah haji, terutama yang haji mandiri biasanya akan menemui beberapa kejadian 'premanisme' yang dapat menyesatkan dan parahnya bisa merusak haji.

Saat tiba di pemondokan, beberapa hari kemudian akan didatangi oleh Mukimin (WNI yang tinggal di Makkah) datangnya biasanya ke ketua rombongan atau ketua regu. Biasanya mereka akan menawarkan paket wisata plus pembayaran hadyu kepada jemaah.

Pengalaman kami, kami ditawari paket seharga 400 SAR. Paket tersebut terdiri dari paket city tour makkah, madinah, dan jeddah dan hadyu. Untuk hadyu besarannya 300 SAR. Disinilah ilmu diperlukan supaya tidak mudah terbujuk dan terpengaruh oleh harga hadyu yang murah.

Coba kita telaah lebih mendalam. Jika menggunakan jalur resmi (misal : Bank Al Rajhi) maka besaran hadyu adalah sebesar 380-450 SAR ada apa dibalik itu semua ? Apa iya untuk city tour 3 kota plus hadyu hanya seharga 400 SAR ?

Ternyata hadyu yang dibayarkan memang lebih murah daripada hadyu dari lembaga resmi mengapa ? karena hadyu dibeli dan disembelih sebelum waktunya. Apa buktinya ? saat citytour Makkah, jemaah akan dibawa ke tempat penyembelihan hewan dengan maksud untuk menyaksikan hewan hadyunya disembelih. Dan ini pastinya bukan hari tasyrik karena saat tasyrik semua jemaah haji sedang berada di Mina dan nggak akan ada waktu buat city tour ke tempat penyembelihan.

Bagaimana hukum hadyu yang disembelih sebelum hari tasyrik ? tulisan saya yang ini mungkin sedikit membantu.

Jika melalui lembaga resmi memang akan lebih mahal sebab sesuai hukum ekonomi, semakin banyak permintaan maka harga semakin naik. Semakin mendekati tasyrik semakin mahal harga hewan hadyu yang ditawarkan.

Saya himbau kepada jemaah calon haji, untuk dapat mengkaji terlebih dahulu seputar hal ini. Apa artinya kita irit kalo malah merusak ibadah kita ?



Seputar Hadyu

Bagi jemaah haji Indonesia, haji yang dilaksanakan adalah haji tamattuk, dimana melaksanakan umrah terlebih dahulu lalu melepas ihrom, dan kemudian berhaji. Secara syariat, haji dengan cara ini diwajibkan untuk membayar hadyu.

Mengapa Tamattuk ? karena jemaah haji Indonesia tidak membawa qurban dari tanah air dan untuk jemaah haji yang tidak membawa qurban Rasul SAW memerintahkan untuk bertahallul selepas umrah.

Hadyu adalah sembelihan yang dilakukan oleh jemaah haji yang mengambil haji qiran atau tamattuk. Saya lebih nyaman menggunakan kata hadyu dan bukan "dam" dikarenakan dam merupakan kafarat yang harus dibayarkan karena melakukan pelanggaran ihrom atau haji. Dan bagi seseorang yang telah membayar hadyu, maka gugurlah kesunnahan untuk melakukan qurban. Singkatnya, kalo sedang berhaji dan mengambil haji tamattuk atau qiran maka ber-hadyu. Tapi jika tidak, maka ber-qurban.

Hadyu ini wajib hukumnya, sesuai dengan dalil dibawah :

Maka barang siapa bertamattu' dari Umroh ke Haji, maka (ia membayar) hadyu yang mudah. Maka apabila ia tidak mendapatkannya, maka berpuasa tiga hari pada waktu haji dan tujuh hari sesudah pulang, denikian itu lengkap sepuluh hari. (Al Baqaroh 197)

Hadyu ini harus disembelih pada hari tasyik dan disembelih di makkah atau mina, makanya tidak sah hadyunya jika tidak memenuhi persyaratan diatas. Ingat, hukum ibadah harus dilaksanakan sesuai ketentuan.

Sesuai info manasik yang telah didapat, hadyu dapat dibayarkan melalui Bank Al Rajhi atau kepada pihak yang dipercaya untuk melaksanakan penyembelihan hadyu ini. Saran saya, sebaiknya menggunakan Bank Al Rajhi saja karena terjamin pelaksanaannya dan lebih mudah prosedurnya.

Di sekitar Masjidil Haram ada salah satu cabang Bank Al Rajhi, tepatnya di depan pintu nomor 85 lokasinya di gedung Grand Hilton Lt. Dasar. Kelihatan kok dari pelataran masjidil haram sisi Hilton.

Saya memang tidak ikut ketua regu saat membayarkan hadyu ke Bank Al Rajhi tapi berdasarkan pengalaman beliau, tidak sulit untuk melakukan penyetoran, petugas bank kebanyakan bisa berbahasa Inggris. Apes-apesnya masih bisa bahasa isyarat kok ...

Yang perlu diperhatikan disini adalah : Jangan sekali-kali membayarkan hadyu kepada mukimin yang ada di makkah. Atau di rumah pemotongan hewan. Meskipun dengan harga yang lebih murah. Mengapa ? Hadyu harus disembelih pada hari tasyrik. Kebanyakan hadyu yang dibeli di rumah potong hewan dipotong hari itu juga. Ini sama kejadiannya dengan sholat magrib saat adzan belum berkumandang.

Disinilah pentingnya jemaah paham Fiqh Haji dan tidak hanya mengandalkan dari satu sumber, apalagi didasarkan pada ikut-ikutan. Ingat, mukimin yang meski tinggal di Makkah tidak semua paham fiqh haji, jadi terkadang mereka turut andil menyesatkan jemaah.

Wednesday 23 June 2010

Labaik Allahumma Umratan

Setelah capek dengan urusan koper yang belum semuanya ditemukan dan demi menjada diri supaya tidak melanggar larangan ihram, akhirnya kami seregu plus tambahan satu jemaah memutuskan untuk berangkat ke satu-satunya tempat yang kita idam-idamkan dan tuju selama ini. Tempat dimana kebaikan yang dilakukan didalamnya dilipatgandakan 100ribu kali. Tempat dimana menjadi patokan arah menghadap sholat. Tempat yang menjadi saksi perjuangan Siti Hajar dan Nabi Ismail menegakkan kalimat tauhid. Tempat dimana Rasul dan berjuta tamu Allah berthawaf. MASJID AL HARAM.

Jam sudah menunjukkan jam 10 malam waktu setempat. Entah sudah berapa lama mata ini tidak terpejam. Meski di pesawat sudah beberapa kali terpejam, tapi saya kategorikan merem-merem ayam (artinya mata terpejam tapi belum dapat dikatakan tidur soalnya nggak pake kasur :D -- jangan tanya saya dapat istilah merem-merem ayam dari mana)

Pemondokan sudah sepi karena memang seharusnya jam 9 kami diantar dengan bus menuju Masjidil haram. Jam sudah menunjukkan jam 10, artinya mau tidak mau harus menuju Masjidil Haram swadana dan swadaya.

Kalau ibarat perompak atau pemburu harta karun, nasib mereka mungkin lebih beruntung karena masih punya peta sedangkan kami adalah manusia yang datang dari mana mau ke mana dan berada di daerah mana juga susah untuk dideskripsikan. Tapi seorang muslim tak akan sendirian. Kalo seorang saja nggak sendirian, apalagi kalo bersebelas ? He he he … Satu yang diyakini adalah Alloh yang memerintahkan untuk menghormati dan memulyakan tamu. Jadi apa kita mesti ragu jamuan dan pemulyaan Alloh kepada para tamunya ?

Di sinilah pentingnya materi manasik haji yang tidak difokuskan pada hafalan doa-doa semata tapi juga dibekali dengan teknik hidup dan adaptasi di negeri orang. Beruntung rombongan kami sudah mendapat pembekalan bagaimana teknik-teknik ke masjidil haram jika harus berangkat sendiri.

Oia, maktab kami di Aziziyah Janubiyah sekitar 7 km dan ini masih tergolong dekat karena masih ada yang lebih jauh dari kami. Kontradiktif memang dengan yang digaungkan pemerintah dimana jarak pemondokan terjauh adalah 7 km. Rumah nomor 455 maktab 17 Misi Haji Indonesia.

Setelah semuanya siap, segera kaki-kaki ini melangkah menuju tempat dimana arah sholat dihadapkan. Belum genap langkah ini keluar areal pemondokan kami bertemu dengan jemaah dari kloter lain yang tinggal satu pemondokan dengan kami.

"bapak mau kemana pak ? Mau ke masjid ya pak ? Umrah ?"
"benar pak, kami baru tiba tadi sore"
"wah, bukan maksud mematahkan semangat bapak dan ibu, tapi saya hanya menginformasikan, masjid sedang penuh-penuhnya saat ini. Saya kasian dengan bapak dan ibu yang sudah lanjut kalau harus berdesakan nanti"
"oya ?"
"masya Alloh Pak, benar pak, saya baru dari sana dan kondisinya sudah sangat padat. Saran saya bapak malam ini istirahat saja, besok sebelum subuh bapak berangkat, insyaAlloh kondisinya lebih lengang"

Ketua regu sedikit ragu, tapi ada keyakinan yang terpancar dari wajahnya

"gimana bapak bapak, ibu-ibu ? Kita berangkat atau bagaimana ?"

Dan kami secara aklamasi menjawab "Berangkat Pak"

"maaf lho pak, tapi mungkin dipikirkan lagi, kesian sama yang sudah sepuh"
"wah, nggak papa pak, kita coba kesana dulu, kalo memang tidak memungkinkan ya kita kembali"

Tanpa peta, tanpa kemampuan bahasa arab kami nekat menyetop mobil yang sopirnya terika-teriak "Haram haram haram" tawar menawar pun dilakukan dengan bahasa isyarat. Betapa payahnya kami yang bahkan sekedar hafal angka-angka dalam bahasa arab pun nggak sanggup :D

Akhirnya disepakati perorang 2 SAR. Saya agak ragu dengan angka ini, tapi kisarannya sekitar itu. Si supir pasti tanya dulu ada berapa anggotanya baru menentukan harga. Kalau masih H-7 seperti waktu kedatangan kami waktu itu kisarannya memang sekitar 2-4 SAR per-orang karena masih banyak bis yang beroperasi.

Bagi kami jemaah haji gelombang II akhir yang datang bersamaan dengan banyakknya jemaah haji dari negara lain, memang nggak ada pilihan lain selain langsung umrah begitu tiba di Makkah. Tidak ada pilihan lain karena mau nunggu sampe kapan ? Masjidil Haram akan selalu penuh sesak menjelang puncak haji. Apalagi seminggu sebelum wukuf adalah waktu favorit bagi jemaah dari berbagai negara untuk berumrah karena memang mereka juga baru tiba. Masjidil Haram nggak pernah ada sepinya di waktu-waktu tadi. Hanya saja memang sekitar jam 11an keatas akan lebih lengang daripada saat jam jam sholat.

Singkat kata, nggak perlu saya jelaskan bagaimana kondisi mobilnya (kalo sempat nanti saya coba deskripsikan bagaimana kondisi kendaraan di tanah suci) akhirnya kami tiba di masjid Al Haram dan kami diturunkan di tempat pemberentian penumpang yang ada di bawah tanah. Kami masuk mengikuti laju jemaah lain yang kebanyakan seperti dari Eropa. Naik eskalator, lalu nampaklah salah satu pintu masjidil haram.

Sebenarnya tidak ada sunnah untuk masuk Masjidil Haram melalui Bab As Salam (Babus Salam). Rasulullah memang lewat pintu ini karena memang sesuai dengan arah beliau yang datang dari Madinah waktu itu. Jadi nggak ada paksaan atau keharusan harus masuk melalui Bab As Salam untuk berumrah. Namun kami supaya memudahkan mengingat maka kami putuskan untuk cari Bab As Salam. Padahal didepan kami ada pintu nomor 5 yang sebenarnya nggak ada masalah untuk masuk lewat sana.

Akhirnya kami bertanya pada salah satu polisi yang bertugas. Dan lagi-lagi nggak pake bahasa Arab. Untungnya Bab As Salam itu bahasa arab dan kalau menunjukkan arah cukup dengan tunjukan jari, jadi tidak ada kesulitan bagi kami menemukan Bab As Salam meski harus 2 kali tanya sama petugas yang berjaga disekitar pintu-pintu Masjid.

Kaki ini terus melangkah melewati beberapa anak tangga karena Bab As Salam ini melintas dibawah Mas'a atau areal Sa'i. Dari Bab As Salam tidak dapat langsung melihat Ka'bah. Baru setelah melangkah beberapa langkah dan naik beberapa anak tangga akhirnya nampaklah bangunan yang pertama kali dibangun dan selalu dalam penjagaan Alloh. Batu hitam yang dilingkupi oleh kain hitam itu berdiri kokoh dengan ribuan orang berthawaf disekelilingnya.

Dari Bab As Salam jika ditarik garis lurus ke Ka'bah akan melintasi Maqom Ibrohim dan lintasan awal thawah ada di sebelah kiri Maqom Ibrahim, lurus dengan hajar aswat. Karena kami masuk dari Bab As Salam yang lurus dengan Maqom Ibrahim dan kami tidak mungkin untuk melawan arus thawaf, akhirnya kami harus mengitari ka'bah dulu menuju rukun hajar aswat untuk memulai thawaf umrah kami.

Jika dilihat dari luar areal thawaf lautan manusia memang nampak berjubel, namun setelah kami coba masuk dan mengikuti arus semuanya terasa lapang. Ya nggak lapang-lapang amat, tapi setidaknya cukuplah bagi kami membentuk barisan mengular 11 orang tanpa terputus.

Mata ini tak lepas dari bangunan hitam berselimutkan kiswah tadi. Hingga tak terasa hampir satu putaran kami mengitari pusat ibadah umat muslim tadi dan tiba di rukun hajar aswad tempat memulai thawaf. "Bismillahi Allohuakbar !" kaki kanan ini melangkah mulai berthawaf mengikuti jejak Nabiyullah Ibrahim melepaskan semua hal di diri ini, menyerahkan dan mengembalikan semua kepada pemilikNya. Dengan NamaMU yang Maha Besar.

Jika membaca dari pengalaman jemaah haji saat pertama kali melihat ka'bah kebanyakan dari mereka bercerita bahwa air mata yang menetes. Tapi hal itu tidak berlaku bagi saya. Dari pertama kali bayangan ka'bah masuk lensa mata saya dan terekam di otak saya, air mata ini tidak menetes sedikitpun. Bahkan ketika putaran pertama thawaf selesai, belum ada air mata yang menetes.

Namun diputaran kedua, selepas Maqom Ibrohim, air mata akhirnya tak terbendung juga. Tumpah ruah mengalir. Saya merasakan seolah sedang dipeluk olehNYA, dan ketika saya mulai mengingat dosa-dosa saya semakin tumpahlah air mata saya. Saya merasakan kehinaan yang luar biasa ketika menginmgat dosa-dosa dan membandingkan dengan karunia yang telah DIA karuniakan. Dan saya rasakan pelukanNYA semakin erat memeluk diri ini sambil tak henti-hentinya diri ini mengingat dosa dan memohon ampunanNYA. Bibir ini hanya mampu berucap "Alloh Alloh Alloh". Buyar sudah beragam keinginan dan doa-doa yang sudah saya persiapkan dari tanah air. Sudah tak ada lagi yang saya perlukan ketika merasakan dekapan rahmatNYA yang begitu luar biasa.

Badan ini basah penuh keringat, beberapa kali kakak saya membetulkan kain ihrom yang saya kenakan yang sudah tidak keruan bentuknya. Saya sudah tidak peduli. Saya merasakan Alloh begitu dekat dan begitu hangat menyambut kami semua. Semua yang datang memenuhi panggilanNYA. Hingga tak terasa, 7 putaran tergenapi. Belum puas rasanya diri ini merasakan nikmat yang pertama kali saya rasakan seumur hidup saya. Namun ibadah haruslah sesuai ketentuan. Jika diperintahkan 7 kali maka tak ada alasan untuk menambahnya jadi 8 pulatan atau lebih.

Sesuai ilmu manasik, ketika putaran akhir, sengaja kami melipir menjauhi ka'bah dan begitu selesai putaran ke-7 posisi kami sudah ada di pinggir areal thawaf. Keluar areal thawaf menuju bukit Shafa. Ingat, meski akan keluar areal thawaf sebaiknya tetap mengikuti arah thawaf dan jangan memotong arus thawaf karena bisa jadi akan ada yang terdzolimi dengan ulah anda ini.

Tidak sulit untuk menemukan bukit shafa, banyak papan penunjuk atau jika tidak mau repot, ikuti saya arus jemaah lain. Begitulah uniknya Islam, meski beragam Madzhab namun tata pelaksanaan ibadahnya adalah sama. Sa'I dimulai dari bukit Shafa. "inna Shofa wal marwah innal sa'a irillah"

Tergambar dalam pikiran saya perjuangan Siti Hajar ketika berikhtiar mencarikan air bagi anaknya Ismail. "Ya Alloh jadikan keteladanan perjuangan Siti Hajar adalah hal yang dapat hamba teladani dan ikuti"

Thursday 22 April 2010

Selamat Datang di Makkah Al Mukarammah

"Koper saya kok nggak ada ya ? trus kenapa koper-koper itu nggak ada yang ambil ya ?" gumam saya masih dengan ihram di depan gerombolan koper yang membisu. Saya sudah cari-cari ke gerombolan koper di lantai yang lain tapi tetap tidak ditemukan. Selidik punya selidik, ternyata rombongan kami dipecah menjadi 3 group dan terpisah di 3 rumah yang berbeda (1 rumah pemondokan biasanya terdiri dari 7-10 lantai dengan kapasitas sampai 300an jemaah). Dan nggak cuma dipecah jadi 3 group, pengangkutan koper per rombongan pun tidak beraturan. Waktu di KAAIA koper hanya dipastikan terangkut, tanpa memperhatikan nomor bus dan rombongan.
Jemaah sudah mulai terpisah dan sudah mulai diuji kesabarannya dengan kasus kapasitas tiap-tiap kamar yang tidak sesuai dengan jumlah anggota per regu. Artinya ada kalanya 1 regu tidak berkumpul dalam 1 kamar atau ada 1 anggota regu yang terpaksa harus rela berpisah dari regunya untuk menyesuaikan dengan kapasitas kamakkahmar yang ada.
Beristirahatlah kami sejenak, dan saya termasuk jemaah yang harus keluar kamar karena kamar hanya berkapasitas 9 orang sementara regu saya 10 orang. Namun, setelah kondisi kamar disesuaikan, akhirnya cukuplah kamar kapasitas 9 orang tadi dihuni 10 orang.
Tak lama berselang, ada jemaah regu lain yang masih belum dapat kamar dan kasusnya sama dengan yang saya alami. Beruntungnya saya yang masih di'urus' oleh KaRu, nah jemaah tadi sepertinya dibiarkan untuk mandiri dan mencari-cari kamar yang kosong.
"Pak, saya titip barang di kamar bapak ya, untuk tidur, nggak masalah saya tidur di luar. Saya sudah cari-cari tapi nggak ada kamar yang pas buat saya"
"Wah, tapi disini sudah kelebihan satu Mas, kalo mau uyel-uyelan yha monggo ..."
"ga masalah pak ... terima kasih"
Akhirnya bertambahlah regu kami dengan 1 orang.
Setelah istirahat sejenak, mulailah mencari-cari koper. Beruntung ada warga Indonesia kenalan KaRu yang tinggal di Makkah. Kebetulan pak KaRu juga dititipi Pepes Tongkol untuk dikasikan ke orang tadi. Bingung ? yha pokoknya kami akhirnya dibantu oleh seorang WNI yang tinggal di Makkah lah ceritanya ...
Pencarian diakhiri menjelang jam 9 karena harus segera umrah. Niat awal dari tanah suci kan ibadah, bukan cari koper makanya diputuskanlah untuk langsung ber-umrah.

Friday 19 February 2010

Jeddah-Makkah

Setelah beres semua urusan imigrasi, maka resmilah status jemaah sebagai imigran di tanah suci. Tamu tanah suci yang dilayani oleh pelayan dua tanah suci. Sebelum memasuki bis, jemaah dikelompokkan berdasarkan rombongan. Berbaris seperti kontingen pramuka yang hendak persami. Sebelumnya koper juga sudah dibariskan sesuai rombongan. Ingat yha, sesuai romobongan. Jangan terpengaruh oleh stiker yang tertempel di tas gantung yang berisi nomor kursi pesawat dan nomor bus. Nomor bus bukanlah nomor regu. Koordinasikan dengan KaRu/KaRom supaya tidak terpisah dari rombongan.
Sebelum masuk bus, paspor harus diserahkan kepada sopir bis untuk kemudian nanti diserahkan kepada pihak muasasah. Masuk bis dengan tertib, dan duduklah ditempat yang masih kosong. Ada pembagian makan. Makan pertama dengan menu Indonesia rasa arab. Jika ada kemampuan dan kesempatan, membantu ketua rombongan membagi jatah makan dan minum adalah ladang amal yang dapat dimanfaatkan.

Sebelum bis jalan, ada petugas yang akan mengecek AC dan jumlah penumpang. Sudah bukan rahasia lagi bahwa supir-supir di Arab selalu minta tips untuk perjalanan ini. Biasanya dengan mematikan AC atau ugal-ugalan di jalan. Jadi si petugas tadi (orang arab) memastikan AC sudah menyala dan dingin serta mengingatkan jemaah untuk tidak memberikan tips kepada supir. Di atas dashboard juga sudah ada tulisan "No Tips Allowed". Dan demi menjaga kenyaman perjalanan, 1 real per jemaah harus dikumpulkan kepada ketua rombongan untuk kemudian menjadi uang tips buat si supir tadi. Alhamdulillah, si supir bisa senyum-senyum sepanjang perjalanan dan Jeddah-Makkah jadi perjalanan yang nyaman dan aman.

Pintu Gerbang Kota Makkah

Ada beberapa pos pemeriksaan, namun yang diperiksa si supirnya, jemaah tinggal duduk duduk saja. Di pos tertentu dibagikan air zam-zam dan box berisi makanan kecil.

Enjoy your trip ... keep always on passion and talbiyah word ...

Thursday 11 February 2010

King Abdul Aziz International Airport

Ruang Tunggu sebelum pemeriksaan

Tiba di Bandara KAA Jeddah sekitar jam 11an. Lama perjalanan secara real 9 jam 45 menit tapi secara waktu cuma 5 jam 45 menit. Begitu pesawat landing, ada masalah dengan telinga saya, padahal beberapa kali penerbangan Jakarta-Surabaya tidak pernah mengalami dengung di telinga karena perbedaan tekanan udara. Beberapa cara untuk menghilangkan dengung tadi dicoba tapi nggak berhasil, mulai dari menelan ludah, menguap, berusaha sendawa, sampai merilekskan otot leher. Alhasil telinga saya masih terasa aneh mulai dari turun dari pesawat, pemeriksaan imigrasi, sampai di Bis menuju Mekkah-pun telinga masih berasa nggak bener.

Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, belalai gajah di apron juga udah nempel di pintu pesawat tapi lha kok yang di lantai 2 belom disuru turun. Pramugari bilang gatenya masih penuh, jadi belum boleh turun. Jemaah sudah pada posisi berdiri bersiap keluar pesawat harus kembali duduk. Cuma pilot yang waktu itu memaksa turun karena ada jadwal penerbangan selanjutnya. Mesin pesawat dimatikan, AC kabin juga nggak berhembus. Jadi bisa dibayangkan udara kabin yang sedikit hangat. Untungnya cuma berbalut dua lembar kain tak berjahit, jadi buat jemaah laki-laki nggak ada masalah .... he he he ....

Akhirnya setelah beberapa saat menunggu keluar juga dari pesawat. Masuk ruang tunggu untuk pemeriksaan imigrasi. Jemaah ditempatkan di ruang tunggu yang cukup nyaman. Beruntung cuaca Jeddah waktu itu sangat bersahabat, tidak berbeda dengan cuaca di Indonesia. Jadi tidak ada gejolak dari tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap perbedaan iklim. Disaat inilah beberapa jemaah yang belakangan saya ketahui berasal dari Bali mengambil Miqot. Mandi ihrom di toilet bandara dan berniat umroh.

Tips : Mengambil Miqot dibandara KAA Jeddah adalah hal yang sangat tidak direkomendasikan. Pertama, pengambilan miqot di Jeddah merupakan hal yang masih diperdebatkan sedangkan mengambil miqot di atas pesawat semua ulama sepakat bahwa pelaksanaannya sah. Sebaiknya kita meninggalkan hal yang meragukan dan mengambil yang telah disepakati. Kedua, alasan repot untuk mengambil miqot di atas pesawat saya rasa bukan alasan syar'i yang meringankan pelaksanaan suatu ibadah. Karena pada dasarnya hal tersebut masih sangat mungkin untuk dilaksanakan, terbukti banyak jemaah dapat melakukannya tanpa bersusah payah. Ketiga, karena mandi ihrom dan mengambil miqot di bandara KAA Jeddah juga merupakan hal yang merepotkan mengingat keterbatasan waktu dan keterbatasan toilet yang ada di bandara.

Setelah menunggu beberapa waktu, jemaah menuju gate pemeriksaan imigrasi. Jemaah diminta untuk mempersiapkan paspor dan dokumen haji yang diperlukan.
Pemeriksaan Passport

Tips : letakkan dokumen haji di tas gantung dan tempatkan di bagian yang mudah diambil dan dimasukkan kembali.


Setelah pemeriksaan paspor, jemaah menuju tempat pengambilan bagasi. Prosedurnya sama seperti penerbangan komersial. Tas berderet di sabuk berjalan dan sudah ada papan petunjuk tas kita akan keluar di sabuk nomor berapa. Saat kedatangan kami di KAA, merupkan puncak arus kedatangan jemaah haji seluruh dunia. Jadi kami berbaur dengan jemaah haji dari berbagai negara, dan mereka semua nampaknya mengambil miqot di atas pesawat lho ...

Seperti juga di bandara-bandara lainnya pada musim padat penumpang, trolley untuk membawa koper-koper kita terkadang jumlahnya tidak memadai. Kita akan sering berebut dengan jemaah lain untuk dapat mendapatkan trolley. Ingat, kondisi ihrom harus dapat menjaga hati dan perilaku. Sabar dan tangkas itulah kuncinya ...

Tips :

  • Begitu kita mendapatkan trolley, pastikan bahwa kita memang orang pertama yang memegang trolley tersebut. Jika memang kita yang pertama kali memegangnya berarti trolley tersebut hak kita. Bawa dan ucapkan "sorry, it's mine" kepada yang berminat dengan trolley kita.
  • Untuk mempermudah pencarian koper, tandai koper dengan sesuatu yang sangat mencolok tapi berbeda dengan jemaah yang lain. Misalnya : dengan memberikan nomor di koper, memasang tanda di koper dan pastikan bahwa tidak akan ada jemaah lain yang menggunakan tanda serupa.

Setelah mengambil koper, trus masuk ke gate pemeriksaan barang bawaan. Buat jemaah yang membawa barang bawaan mencurigakan akan diminta untuk membongkar koper. Biasanya jemaah yang membawa obat-obatan dalam jumlah besar pasti akan diminta untuk bongkar koper. Saya tidak menyarankan untuk membawa banyak obat-obatan kecuali direkomendasikan oleh dokter. Jika kondisi bada sehat, sebaiknya tidak perlu membawa banyak cadangan obat, bawa seperlunya saja. Toh ada tenaga medis yang siap dengan dukungan obat-obatan dan layanan medis.

Keluar dari gate pemeriksaan barang, ada pemeriksaan visa. Jemaah harus antree, tapi bisa diwakilkan. Bagi-bagi tugas saja, siapa yang musti antree pemeriksaan visa, dan siapa yang keluar cari tempat buat istirahat dan bawa barang (trolley) dan mencari info bis yang akan mengantar ke Makkah.

Setelah selesai pemeriksaan visa, jemaah diminta menuju ruang tunggu khusus jemaah haji. Untuk jemaah haji Indonesia ditempatkan di ruangan khusus jemaah Indonesia. Akan banyak petugas haji berbahasa Indonesia yang akan membantu jemaah. Waktu tersebut dapat digunakan untuk sholat dan beristirahat, makanan yang diberi oleh penerbangan dapat dinikmati disini.

Ruang tunggu pemberangkatan menuju Makkah

Tips : Lagi-lagi saya ingatkan untuk menempatkan dokumen haji (paspor hijau dan coklat) di tempat yang mudah untuk mengambil dan menyimpannya kembali. Sepanjang perjalanan dari embarkasi hingga nanti menjelang penyerahan passpor ke muasasah kita akan banyak membutuhkan dokumen tadi. Banyak lembaran-lembaran paspor yang harus dirobek dan diserahkan kepada petugas.

Wednesday 10 February 2010

Penerbangan Pemberangkatan

Mari bersiap untuk terbang ...

Setelah semua jemaah mendapatkan living cost dan sedikit pengarahan keselamatan penerbangan, jemaah turun ke lantai dasar (pembagian living cost dilakukan di hall besar di lantai 2). Di lantai dasar dilakukan pemeriksaan barang bawaan. Semua barang bawaan yang dilarang selama penerbangan dilarang untuk dibawa. Seperti biasa, tanpa bermaksud merendahkan orang lain, hal ini terjadi memang murni karena ketidaktahuan dan kurangnya penyuluhan masalah penerbangan, jadi banyak jemaah yang membawa barang bawaan terlarang. Misalnya, cairan dalam botol (madu, kecap, saus, bahkan sambal) atau juga ada yang membawa cobek, pisau, dan peralatan dapur yang memang seharusnya tidak boleh dibawa dalam tas tenteng.

Tips :
  • Jika dirasa perlu membawa bahan makanan dalam bentuk cair (misal kecap, saus, sambal), maupun madu sebaiknya beli ukuran botol kecil (biasanya botol plastik) atau ukuran shachet. Dan tempatkan di koper. Lebih disarankan menggunakan ukuran shachet karena selain hemat tempat juga bisa diselip-selipkan diantara barang bawaan yang lain.
  • Tidak perlu membawa minyak goreng apalagi minyak bakar ataupun kompor. Jika ingin masak sendiri sebaiknya bawa kompor listrik yang dikemas dalam lipatan baju secara rapi dan tempatkan di kopor.
  • Lebih baik banyak membawa makanan kering siap makan daripada membawa banyak bahan makanan yang masih perlu masak untuk menikmatinya.
Pukul 04.00 WIB
Setelah pemeriksaan barang bawaan, maka jemaah langsung dibawa ke bandara juanda untuk penerbangan. Di bandara langsung dibawa di bawah pesawat dan tidak ada acara apa-apa lagi selain antree masuk pesawat.

Masuk pesawat dan cari tempat duduk. Ada pramugari/ra tapi tidak banyak membantu karena kendala bahasa. Karena kami terbang menggunakan Saudia Airlines, maka kru pesawat sebagian besar tidak berkewarganegaraan Indonesia. Namun, ada personil yang fasih berbahasa Indonesia, biasanya team leader pramugari/ra-nya. Jemaah yang lebih 'paham' tentang prosedur penerbangan mulai cari tempat duduk, menaruh barang bawaan, hingga memasang sabuk pengaman sebaiknya saling membantu. Ingat, ini ladang amal yang baik ...

Pukul 05.10 WIB
Pesawat take off meninggalkan bumi Indonesia, menuju tanah arab, Jeddah. Jam-nya sesuai dengan jadwal, dan diperkirakan perjalanan akan ditempuh dalam waktu 9 jam dan 45 menit. Dan tak lupa kapten pilot saat pesawat mulai meninggalkan appron menuju landasan juga memimpin doa perjalanan sesuai tuntunan Rasulullah. Konon setiap pilot saudia yang akan membawa jemaah haji harus hafal Qur'an 30 Juz.

Kebetulan jatah tempat duduk dapat di lantai 2, wuihhh ... kalo di pesawat komersial biasa, lantai 2 biasanya buat kelas eksekutif tu ... tapi jangan nyengir dulu ... walaupun di lantai 2, interior kabin pesawat dan ukuran tempat duduk sudah disesuaikan sesuai kelas perjalanan haji regular ... he he he ... tapi tetep lantai 2 is the best seat in aircraft ... ;)

Sepanjang perjalanan diberikan 2 kali jatah makan, 1 kali minuman hangat/dingin dan 1 kali snack. Untuk menu makan diatas pesawat, jangan dibayangkan menu makan yang ada di rumah makan atau nasi box yang biasa ada di Indonesia. Menu makan yang diberikan merupakan menu standart dalam penerbangan komersial kelas ekonomi tentunya ... he he he ... *lha wong memang penerbangan haji reguler itu kelas penerbangannya penerbangan kelas ekonomi tapi apapun menunya, jika dinikmati dengan hati syukur maka nikmatnya sungguh tiada terkira.

Baru dapat setengah jam perjalanan, atau kira-kira di atas jawa barat, karena waktu itu masih pagi jemaah diberikan jus buah. Pilihannya waktu itu ada jeruk, nanas, sama mangga. Susu juga ada.

Tips
: bagi yang ada masalah dengan rasa masam, jangan pilih jus jeruk. Untuk yang aman, pilih susu, kalo susu udah abis dan yang ada tinggal jus jeruk, yha itu berarti rejeki anda
...

Dan tak lama berselang, belum terlalu lelap tertidur terbangun oleh aba-aba pramugari yang menawarkan makan pagi. Menunya bisa milih ayam, daging, atau ikan. Dan seperti biasa, menu ala pesawat selalu berbeda dengan ala kereta dan berbeda pula dengan ala warteg ... he he he ... Dan karena bukan orang Indonesia dan tidak dapat berbahasa Indonesia, jadi si pramugari perlu belajar dengan penumpang bagaimana menyebut chicken dengan ayam, beef dengan daging, dan fish dengan ikan karena jika dipaksakan tetap menawarkan dengan bahasa Inggris yang ada jemaah pada geleng-geleng semua ... he he he ...

Di menu makan sudah komplit terdiri dari makanan pembuka, inti, dan penutup. Untuk minuman, disediakan pilihan teh atau kopi. Tergantung selera jemaah. Pramugara/ri dengan sabar keliling menawarkan teh kan kopi dengan bahasa Indonesia tentunya.

Setelah makan, jemaah diminta untuk istirahat. "biar lekas nyampe ya Pak ... " begitu ujar pramugari yang berasal dari Indonesia dan masih fasih berbahasa Indonesia. Cahaya di kabin juga di kurangi dan jendela diminta untuk ditutup supaya tidak terlalu silau. *ingat, ini penerbangan pagi ...

Sepanjang perjalanan disuguhi 'film' yang menginformasikan jarak penerbangan, ketinggian, kecepatan angin, kecepatan pesawat, kelembaban, dan segala hal menyangkut penerbangan. Bosan memang, tapi aman dari larangan ihrom jika dibandingkan dengan video yang memutar film atau tontonan lainnya.

Oia, jangan kaget dengan kondisi toilet yang ada di pesawat. Pramugari juga nanti nggak akan bosen mengingatkan lewat pengeras suara untuk tidak membasahi lantai toilet. Harus dimaklumi, selama bimbingan manasik tidak diberikan materi bagaimana menggunakan toilet di pesawat, jadi yha harap sabar kalo melihat toilet pesawat mirip toilet di terminal dengan tissue berserakan dan basah dimana-mana. Dan lagi-lagi hal tersebut ladang amal bagi kita yang paham bagaimana menggunakan toilet di pesawat, tapi harus waspada, jangan sampai ihrom yang kita kenakan terkena najis.

Tips : Biasanya yang paling parah adalah banyaknya tissue yang berserakan. Maklum, tulisan "tempat sampah" tidak terlihat begitu jelas di dalam toilet. Jadi jika ingin membantu membersihkan toilet, coba dengan memungut tissue-tissue yang berserakan tadi. Tapi ingat, jangan di pegang langsung, gunakan tissue bersih untuk memungut dan waspada dengan bawahan ihrom anda. Jika lantai toilet basah hingga menggenang, coba minta bantuan kepada kru pesawat untuk mengeringkannya karena air tersebut sangat mungkin najis dan rawan terciprat ke kain ihrom.

Selama perjalanan memang sangat membosankan, apalagi jalur yang dilalui adalah diatas laut, nggak ada pemandangan apa-apa selain laut dan awan. Dan juga demi menjaga agar cahaya di kabin tetap redup, kita juga tidak diperkenankan membuka penutup jendela lama-lama. Jadi, yha sebaiknya tidur saja ... ZzzZZzzzZZZzzzzZZZzzzzzzZ ....

Kira-kira setelah jam makan siang waktu Surabaya, mulailah pramugari kembali menunaikan tugas membagikan makan siang. Menunya sudah lebih sedikit pilihannya jadi harus terima apa adanya.

Menjelang masuk jazirah arab, petugas kloter melalui pengeras suara mengingatkan kepada jemaah yang akan mengambil miqot diatas pesawat untuk bersiap-siap karena beberapa saat lagi pesawat akan melintas tepat diatas miqot Yalamlam, miqot makani jemaah haji dari Indonesia dan yang searah dengan Indonesia.

Beberapa menit sebelum benar-benar melintas diatas miqot, jemaah kembali diingatkan sambil dipandu untuk melafaldzkan niat umrah "Labaik Allahumma Umratan" -- Kupenuhi Panggilanmu Ya Allah untuk berumrah. Dan mengapa hanya umrah ? karena jemaah haji Indonesia adalah haji tamattuk yaitu mendahulukan umrah sebelum haji, jadi niat yang dilafaldzkan adalah niat umrah.

Tips : perbanyak talbiah setelah masuk miqat hingga tiba di KAA Airport, dan ingat benar-benar larangan ihrom, jangan sampai melanggarnya ...

Embarkasi Juanda Surabaya

melanjutkan perjalanan ....Justify FullMasjid Agung Surabaya

17 November 2009
Pukul 05.00 WIB Tiba di Masjid Agung Surabaya untuk melaksanakan sholat shubuh. Jadwal yang ditentukan oleh Embarkasi untuk masuk asrama haji adalah jam 07.30 WIB. Jadi masih ada waktu untuk istirahat setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam dari Bondowoso ke Surabaya. Di tempat inilah saya untuk pertama kalinya bertemu dengan semua anggota regu dan rombongan. Mengenal lebih dekat ketua regu dan ketua rombongan. Ternyata meski kloter campuran, Depag Kabupaten memberangkatkan satu pembimbing haji untuk membimbing jemaah melaksanakan haji. Jadi nanti selain ada pembimbing haji dari kloter, juga ada pembimbing dari kabupaten.

Ada acara ngaji sebagai bahan pembekalan sebelum pemberangkatan dan kegiatan secara global selama di embarkasi Surabaya.

Pukul 07.30 WIB
Masuk Embarkasi Surabaya. Ada sedikit seremonial penyambutan, namun tidak terlalu lama. Selebihnya adalah acara pemeriksaan kopor (random), pemeriksaan kesehatan (random), pembagian buku kesehatan, obat-obatan dasar dan gelang identitas. Dibagikan juga kartu makan dan nomor kamar di asrama. Setelah acara pembagian gelang identitas tadi, setelah itu adalah acara bebas. Jemaah diminta untuk istirahat mempersiapkan diri untuk penerbangan 10 jam keesokan harinya.

Tips : Letakkan kunci koper di tas gantung, dan tempatkan di tempat yang mudah diambil supaya jika 'beruntung' dipanggil untuk bongkar koper tidak mengalami kesulitan.

Suasana Penerimaan Jemaah oleh Petugas Embarkasi
Pemeriksaan Kesehatan khusus Jemaah Wanita

Pada saat masuk, semua jemaah diperlakukan seperti selebritis, banyak kamera yang jeprat-jepret. Tentunya bukan dilakukan oleh wartawan, tapi oleh juru foto yang nantinya foto-foto tadi dicetak dan dijual kepada jemaah. Persis kejadiaanya di arena wisuda atau lomba-lomba.

Tips :
jika berminat dengan foto-foto tadi, sebaiknya jangan langsung beli, tapi menunggu beberapa saat sampai kita akan meninggalkan embarkasi (asrama haji) biasanya harganya diobral.


Selama di asrama haji hampir dikatakan tidak ada kegiatan selain istirahat. Fasilitas makan minum diberikan sebanyak 3 kali plus 2 kali makanan ringan (kue). Makanan yang disajikan cukup variatif dan sangat memuaskan. Dan di ruang makan saya bertemu dengan jemaah haji bernasib sama dengan saya yaitu : tinggal di jakarta tapi berangkat dari bondowoso, tanpa bimbingan manasik ...

Oia, selama di asrama jemaah tidak diperkenankan kontak dengan pihak luar misalnya menerima tamu. Jika akan menerima tamu, jemaah dapat melakukannya di luar areal asrama haji atau di kantin asrama haji. Untuk di kantin pun tamu dan jemaah dipisah, mirip dengan suasana sel jenguk penjara yang ada di film-film. Ironis, tapi demi kenyamanan dan ketertiban jemaah, langkah tersebut sangat direkomendasikan.

18 November 2009
Pukul 00.00 WIB
Jemaah sudah dibangunkan dan mempersiapkan diri untuk proses pemberangkatan. Semua jemaah dari kabupaten Bondowoso sudah sepakat untuk mengambil miqot di atas pesawat. Sebelumnya, masalah pengambilan miqot ini sebelumnya diperdebatkan apakah mengambil di Jeddah atau diatas pesawat. Alhamdulillah Allah mengkaruniakan pemahaman dan kemantapan hati kepada semua jemaah calon haji untuk mengambil miqot di atas pesawat. (khusus jemaah Bondowoso). Jadi saat jemaah dibangunkan untuk mempersiapkan diri juga diingatkan untuk melepas semua pakaian berjahit (untuk jemaah pria).

Kemudian semua jemaah berkumpul di aula besar (Aula Bir Ali) untuk menerima living cost dan paspor serta dokumen haji. Disini hebatnya jemaah calon haji, hanya dengan satu kali instruksi, pembagian paspor dan living cost ini berjalan dengan tertib.

Aula Bir Ali Embarkasi Surabaya

Tips :
  • Jangan terlalu banyak membawa barang bawaan di tas dokumen (dikenal dengan tas paspor) nantinya paspor dan living cost akan dimasukkan oleh petugas dalam tas tersebut. Kalau tas kita terlalu penuh, maka akan menyulitkan petugas saat memasukkan paspor dan living cost, serta menyulitkan kita juga saat mengambilnya.
  • Berikut barang bawaan yang lazim ada di tas paspor : buku doa, kunci tas dan koper, buku kesehatan, obat-obatan dasar (bawa kira-kita untuk 2-3 kali minum saja supaya tidak terlalu penuh).
  • Sebaiknya tidak membawa quran di tas paspor karena cukup memakan tempat. Untuk mengisi waktu perbanyak talbiyah saja, sebab ini yang dicontohkan oleh Rasul.
  • Kosmetik dan segala sesuatu yang mengandung parfum (termasuk minyak angin, balsem, minyak kayu putih dan semacamnya) sebaiknya dimasukkan di tas tenteng. Selain menghemat tempat, hal ini juga efektif menghindarkan kita melanggar larangan ihram karena memakai wewangian.
  • Melihat kegiatan selama di asrama haji yang hanya kurang dari 24 jam, jadi nantinya dapat dikira-kira barang-barang apa saja yang perlu dibawa, dan barang apa saja yang perlu dihindari supaya tidak merepotkan nantinya, tips selengkapnya silakan baca di sini

Wednesday 3 February 2010

Pemberangkatan

16 November 2009

Pukul 20.00 WIB
Berkumpul di Alun-alun Kabupaten untuk dilakukan upacara pelepasan Haji oleh Bupati. Inilah seni-nya haji dari daerah, biasanya ada upacara pelepasan dari pemerintah daerah. Di Alun-alun pun sudah penuh sesak dengan para pengantar. Seperti sudah menjadi tradisi setiap kali pemberangkatan haji, satu jemaah akan diiringi oleh minimal 1 mobil penuh atau yang ekstrim biasanya yang berangkat 1 orang, tapi yang mengantar bisa 1 truk penuh. Itulah masyarakat Indonesia, semangat beragama-nya begitu tinggi.

Sebelumnya juga diadakan doa bersama di rumah dengan maksud untuk saling meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan dan saling mendoakan supaya rangkaian ibadah haji dapat tertunaikan dengan baik. Pergi haji ibarat akan pergi mati, jadi harus meminta maaf kepada sanak saudara dan kerabat serta tetangga. Walaupun tidak harus mengadakan acara khusus, namun esensi dari 'pamitan' ini menurut saya merupakan hal yang baik.

Kembali ke alun-alun kabupaten. Tahun ini titik pemberangkatan bis pengangkut jemaah dari Bondowoso ke Asrama Haji Surabaya tidak dipusatkan di alun-alun, namun sesuai dengan lokasi kelompok bimbingan haji di tiap-tiap kecamatan (kelompok bimbingan haji biasanya ada di setiap kecamatan). Walaupun nantinya semua bus-bus tadi akan berkumpul terlebih dahulu di alun-alun untuk kemudian dilepas oleh bupati dan bertolak ke Surabaya. Dengan sistem seperti ini lumayan untuk mengurangi kepadatan di alun-alun karena konsentrasi pengantar jemaah terpecah tidak berpusat di satu titik. Bayangkan jika jemaah berjumlah 600 orang dengan masing-masing jemaah diantar oleh minimal 10 orang, maka akan ada 6000 orang di satu titik, di lapangan yang hanya selebar 2 kali lapangan sepakbola.

Koper sudah diserahkan untuk diberangkatkan tersendiri beberapa hari sebelumnya. Jemaah calon haji hanya membawa tas tenteng dan tas dokumen (tas paspor).

Tips :
  • Tas tenteng sebaiknya diisi oleh barang yang akan digunakan selama di asrama dan pakaian cadangan. Jangan terlalu banyak membawa barang bawaan, supaya tidak terlalu merepotkan.
  • Yang musti dibawa antara lain baju ihrom (untuk pria 3 lembar saja).
  • Gunakan pakaian (atasan dan bawahan) yang casual yang nyaman yang memungkinkan digunakan selama perjalanan ke Embarkasi dan selama di Embarkasi (untuk sholat).
  • Bawa 1 kaos plus celana katun yang digunakan selama berada di kamar untuk istirahat. Tidak perlu membawa celana lagi, untuk sholat jika celana najis bisa mengenakan ihrom yang dibawa.
  • Obat-obatan dasar (jika perlu) bawa untuk pemakaian 1-2 hari saja supaya barang bawaan kita tidak terlalu banyak.
  • Bekal selama perjalanan siapkan dengan tas yang berbeda dan pastikan habis selama di perjalanan.
  • Alat mandi siapkan secukupnya, handuk pakai yang kecil saja. Karena paling banyak di asrama haji hanya akan mandi sebanyak 2 kali.

Note : yang bergaris bawah adalah barang bawaan yang ada di tas tenteng. Untuk jemaah pria, saya rasa tidak perlu membawa pakaian dalam lagi karena di asrama haji hanya 1 hari satu malam dan keesokan harinya langsung mengenakan ihrom.

Pukul 21.30 WIB
Rangkaian acara pelepasan jemaah dimulai. Semua bus-bus jemaah dari semua titik berkumpulnya jemaah sudah berkumpul. Total ada 15 bus dengan masing-masing bus terisi oleh 45-50 jemaah calon haji. Tahun ini Kab. Bondowoso melepas 650an jemaah haji dalam 1 kloter penuh (Kloter 81) dan 1 kloter campuran (Kloter 80).

Semua jemaah calon haji tidak diperkenankan untuk turun dari Bis, semua pengantar juga dilarang masuk ke areal bis jemaah. Samar-samar terdengar nasehat dari salah satu ulama terkemuka dan nasehat dari bupati. Namun sayang, nasehat dan amanah tersebut tidak dapat didengar oleh jemaah calon haji karena jemaah berada dalam bus ber-AC yang kedap suara. Sayang sekali, nasehat dan amanah yang ditujukan kepada jemaah calon haji justru tidak dapat didengar dengan baik oleh jemaah.

Pukul 23.30 WIB
Jemaah diberangkatkan diiringi dengan sholawat haji dan adzan. Hingga saat ini saya masih bertanya-tanya mengapa harus ada adzan jika melepas jemaah haji. Di rumah pun waktu berangkat juga ada adzan. Semoga Allah menghindarkan kita dari melakukan suatu hal yang berlebih-lebihan.

Sepanjang jalan dipenuhi oleh pengantar yang melambai-lambaikan tangan sebagai tanda ucapan selamat jalan. Tak terasa air mata ini menetes ketika memandang wajah ibu dan bapak ketika beliau melambaikan kedua tangannya melepas kepergian kami berdua. Ada sesuatu yang berbisik di telinga saya "Doa kami bersamamu, Nak ... ati-ati, nikmati jamuan Allah dengan sebaik-baiknya" ...

Monday 1 February 2010

Semoga Bermanfaat

Tulisan saya setelah postingan ini merupakan catatan perjalanan dan pengalaman saya selama perjalanan haji 1430 H sejak dari proses pemberangkatan hingga pemulangan ke tanah air.

Semoga Allah melindungi saya dari ujub, riya', dan takabbur. Tulisan dalam blog ini saya tujukan semata-mata untuk berbagi bagi siapa saja yang berkenan mengambil manfaat.

-- Semoga bermanfaat --