Ternyata hanya beberapa hari saya merasakan indahnya pagi, damainya adzan shubuh, sejuknya air wudhu shubuh. Sekarang, perlahan tapi pasti, semua itu mulai terenggut dari kehidupan saya. Padahal baru beberapa hari yang lalu ibu saya berucap "Alhamdulillah" dengan nada penuh kegembiraan saat saya bercerita kalau saya sudah nggak lagi pake acara telat sholat shubuh tiap pagi, namun beberapa saat lalu saya harus kembali mengecewakan beliau dengan mengatakan beberapa hari belakangan sudah mulai terlambat sholat shubuh. Ya Allah ... ampuni saya ...
Saat sholat shubuh dengan latar pagi yang sudah terang benderang, saya jadi teringat dengan sindiran bapak saya beberapa waktu lalu di rumah. Waktu itu sudah menunjukkan jam 2 siang saat saya melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk ambil wudhu untuk sholat dzuhur. Tiba-tiba saat keluar dari kamar mandi bapak saya nyletuk "masa' calon haji sholat jam segini ???" dan saya sama sekali nggak punya argumen untuk berkata-kata sekedar menimpali sindiran bapak saya.
Namun lepas dengan status 'calon haji' setiap muslim memang seharusnya sholat diawal waktu, nggak peduli 'calon haji' atau bukan. Terlebih dalam pandangan saya, setiap orang yang belum berhaji layak mendapat gelar 'calon haji' selama dalam dirinya ada nafas islam.
Jujur, selama saya ada di Jakarta, masih dapat dihitung berapa kali saya sholat di awal waktu. Terlebih untuk sholat shubuh, saya lebih banyak telatnya. Bukan berarti tanpa ikhtiar untuk berusaha bangun sebelum matahari bersinar, namun apa daya tubuh ini tak mampu lagi kompromi. Dua alarm dari dua ponsel kebanyakan snozzing hingga jam 6 pagi dan bahkan bunyi alarmnya dah nggak bunyi lagi karena kelamaan nggak diberi respons.
Dan hal yang paling membebani saya, setidaknya untuk saat ini adalah kesulitan saya untuk mendapatkan waktu shubuh saya dan tahajjud saya. Semenjak tubuh ini 12 jam berada penuh tekanan plus 4 jam perjalanan plus segala ketidakteraturannya membuat tubuh ini tak kuasa bertahan.
Ya Allah, saya mohon dengan sangat ...
Ya Allah ... mudahkanlah ... lancarkanlah ...
Saat sholat shubuh dengan latar pagi yang sudah terang benderang, saya jadi teringat dengan sindiran bapak saya beberapa waktu lalu di rumah. Waktu itu sudah menunjukkan jam 2 siang saat saya melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk ambil wudhu untuk sholat dzuhur. Tiba-tiba saat keluar dari kamar mandi bapak saya nyletuk "masa' calon haji sholat jam segini ???" dan saya sama sekali nggak punya argumen untuk berkata-kata sekedar menimpali sindiran bapak saya.
Namun lepas dengan status 'calon haji' setiap muslim memang seharusnya sholat diawal waktu, nggak peduli 'calon haji' atau bukan. Terlebih dalam pandangan saya, setiap orang yang belum berhaji layak mendapat gelar 'calon haji' selama dalam dirinya ada nafas islam.
Jujur, selama saya ada di Jakarta, masih dapat dihitung berapa kali saya sholat di awal waktu. Terlebih untuk sholat shubuh, saya lebih banyak telatnya. Bukan berarti tanpa ikhtiar untuk berusaha bangun sebelum matahari bersinar, namun apa daya tubuh ini tak mampu lagi kompromi. Dua alarm dari dua ponsel kebanyakan snozzing hingga jam 6 pagi dan bahkan bunyi alarmnya dah nggak bunyi lagi karena kelamaan nggak diberi respons.
Dan hal yang paling membebani saya, setidaknya untuk saat ini adalah kesulitan saya untuk mendapatkan waktu shubuh saya dan tahajjud saya. Semenjak tubuh ini 12 jam berada penuh tekanan plus 4 jam perjalanan plus segala ketidakteraturannya membuat tubuh ini tak kuasa bertahan.
Ya Allah, saya mohon dengan sangat ...
Ya Allah ... mudahkanlah ... lancarkanlah ...
No comments:
Post a Comment